Senin, 15 November 2010

Organisasi dan manajemen Perubahan Mutu

BAB I
PENDAHULUAN


a. Latar Belakang
Selakau berasal dari kata “Sile” (Sila) dan “Kau” yang merupakan kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sambas yang terletak di jalur sutera dan pantai dengan luas wilayah ± 292,50 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pemangkat
Sebelah Selatan berbatasan dengan Pemkot Singkawang
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna.
Kecamatan Selakau terbentuk secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1956 yang merupakan pemisahan antara Kecamatan Singkawang yang pada waktu itu merupakan wilayah pengembangan B untuk Kabupaten Sambas.
1. Adapun Kecamatan Selakau membawahi 13 Desa yang terdiri dari :
1. Desa Semelagi Besar
2. Desa Sungai Daun
3. Desa Sungai Rusa
4. Desa Pengkalan Bemban
5. Desa Sungai Nyirih
6. Desa Kuala
7. Desa Parit
8. Desa Twi Mentibar
9. Desa Bentunai
10. Desa Gelik
11. Desa Seranggam
12. Desa Selakau Tua
13. Desa Selobat
2. Jumlah Penduduk.
Penduduk Selakau berdasarkan data kantor Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil Kabupaten Sambas tahun 2010, jumlah penduduk Selakau berjumlah 10.300 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 5.120 jiwa dan penduduk perempuan 5.180 jiwa dengan kepadatan rata-rata 77 jiwa/km2. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Selakau berdasarkan data Dinas Pemberdayan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kabupaten Sambas Tahun 2009 adalah 3.500 KK Miskin dengan jumlah 10.300 jiwa.
4. Mata Pencaharian.
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Selakau bervariasi antara lain : di bidang Pertanian 52 %, di bidang Nelayan 31 %, Jasa-jasa 15 %, Angkutan dan lain-lain 2 %.
Potensi dan Sumber Daya Alam
1. Iklim
Kecamatan Selakau termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan bulanan rata-rata 187.348 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 11 hari /bulan. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9oC. Sampai 31,05oC. Suhu udara terendah 21,2oC terjadi pada bulan Agustus dan yang tertinggi 33,0oC pada bulan Juli. Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001- 1,01/ Hm Bar, kecepatan angin 155 – 173 Km/ hari, elipasi sinar matahari 50.73%, penguapan (evaporasi ) harian antara 4,2-5,9 Hm dan evapotranspirasi bulanan 134,7 – 171,4 mm.
2. Tanah
a. Jenis Tanah
Jenis tanah di daerah datar meliputi jenis organosol, aluvial dan podsolik merah kuning (PMK) sedangkan di daerah berbukit dan bergunung meliputi jenis tanah latosol dan PMK. Secara terperinci luas masing-masing jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut :
3. Pertanian Tanaman Pangan
Terdapat tiga komoditas utama yang sudah diusahakan dan berpotensi untuk dikembangkan yaitu Padi, Palawija dan Hortikultura.
4. Perkebunan
Usaha perkebunan di Kabupaten Sambas masih didominasi oleh usaha perkebunan rakyat. Pengembangan usaha perkebunan menggunakan empat pola, yaitu :
a. Pola Swadaya.
b. Pola unit pelayanan dan pengembangan (UPP).
Jenis usaha perkebunan meliputi ; karet, kelapa, lada, kopi, cengkeh, dan lain-lain.
5. Peternakan
Usaha peternakan di Kecamatan Selakau, adalah peternakan rakyat dengan skala kecil yang diusahakan oleh masyarakat, yaitu ; sapi, kambing, ayam buras, ayam petelor, ayam pedaging dan itik.
6. Perikanan dan Kelautan
Terdapat empat jenis usaha yang digarap, yaitu ; budidaya air payau, seperti tambak udang windu, budidaya air tawar seperti kolam dan keramba.
7. Kehutanan
Potensi kehutanan meskipun sudah menipis, namun luas wilayah hutan yang kurang lebih setengah dari luas Kecamatan Selakau masih dapat dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Keberadaan hutan sangat berperan dalam mempertahankan industri hutan dan melindungi areal konservasi yang berhubungan dengan industri pariwisata dengan cara mempertahankan hutan alam dan kawasan lindung.
8. Pertambangan
Kecamatan Selakau memiliki bahan tambang dan bahan galian yang belum dimanfaatkan secara optimal karen sampai saat ini sebagian besar bahan tambang yang ada baru diidentifikasi letak dan jenisnya.
Jenis-jenis tambang tersebut yaitu Emas, Bauksit.
SMP Negeri 2 Selakau adalah sekolah yang berada didaerah Kabupaten Sambas khususnya di Kecamatan Selakau lebih tepatnya berada di perbatasan antara kotif singkawang dengan sambas. SMP Negeri 2 Selakau adalah sekolah yang jaraknya kurang lebih 10 K Meter dari daerah jalur sutera.
Jumlah Siswa SMP Negeri 2 Selakau berjumlah 174, diantaranya laki-laki berjumlah 85 Perempuan berjumlah 89.



DATA KELULUSAN SISWA SMP NEGERI 3 SELAKAU
TAHUN 2003 Sd 2010

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di setiap jenjang, khususnya jenjang SMP agar mampu bersaing di era global. Sekolah Menengah Pertama sebagai bagian dari pendidikan menengah dalam penyelengaraannya menggunakan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dan sekolah berbasis masyarakat (MBS).
Standar pelayanan minimal disusun bersifat makro sehingga perlu diinterpretasikan dalam bentuk berbagai standar. Salah satu standar yang perlu diperhatikan adalah administrasi sekolah yang juga merupakan salah satu laporan dalam sistem pendidikan di sekolah.
b.Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada SMP Negeri 2 Selakau
b. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang maka Penulis membuat rumujsan masalah “Bagaimana peran teknologi serta sistem manajemen untuk mendukung berlangsungnya pencapaian mutu pendidikan di SMP Negeri 2 Selakau “
c. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui sejauh mana peranan teknologi terhadap peningkatan mutu Pendidikan.















BAB II
PEMBAHASAN MASLAH

Untuk mencapai terselenggaranya pendidikan bermutu, dikenal dengan perlunya paradigma baru pendidikan yang difokuskan pada otonomi, akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi. Keempat pilar manajemen ini diharapkan pada akhirnya mampu menghasilkan pendidikan bermutu (Wirakartakusumah, 1998).
Mutu
Mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan dengan
berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi yang sama baiknya.
Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen/pelanggan. Karakteristik mutu dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendidikan, mutu adalah suatu keberhasilan proses belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan. Pelanggan bisa berupa mereka yang langsung menjadi penerima produk dan jasa tersebut atau mereka yang nantinya akan merasakan manfaat produk dan jasa tersebut.


Otonomi
Pengertian otonomi dalam pendidikan belum sepenuhnya mendapatkan kesepakatan pengertian dan implementasinya. Tetapi paling tidak, dapat dimengerti sebagai bentuk pendelegasian kewenangan seperti dalam penerimaan dan pengelolaan peserta didik dan staf pengajar/staf non akademik, pengembangan kurikulum dan materi ajar, serta penentuan standar akademik. Dalam penerapannya di sekolah, misalnya, paling tidak bahwa guru/pengajar semestinya diberikan hak-hak profesi yang mempunyai otoritas di kelas, dan tak sekedar sebagai bagian kepanjangan tangan birokrasi diatasnya.
Akuntabilitas
Akuntabilitas diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan output dan outcome yang memuaskan pelanggan. Akuntabilitas menuntut kesepadanan antara tujuan lembaga pendidikan tersebut dengan kenyataan dalam hal norma, etika dan nilai (values) termasuk semua program dan kegiatan yang dilaksanakannya. Hal ini
memerlukan transparansi (keterbukaan) dari semua pihak yang terlibat dan akuntabilitas untuk penggunaan semua sumberdayanya.
Akreditasi
Suatu pengendalian dari luar melalui proses evaluasi tentang pengembangan mutu lembaga pendidikan tersebut. Hasil akreditasi tersebut perlu diketahui oleh
masyarakat yang menunjukkan posisi lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam
menghasilkan produk atau j asa yang bermutu. Pelaksanaan akreditasi dilakukan oleh suatu badan yang berwenang.
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu upaya sistematis untuk mengumpulkan dan memproses
Informasi yang menghasilkan kesimpulan tentang nilai, manfaat, serta kinerja dari
Lembaga pendidikan atau unit kerja yang dievaluasi, kemudian menggunakan hasil
Evaluasi tersebut dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan. Evaluasi bisa dilakukan secara internal atau eksternal.
BAGAIMANA MENGHASILKAN MUTU PENDIDIKAN
Untuk bisa menghasilkan mutu, menurut Slamet (1999) terdapat empat usaha
mendasar yang harus dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan, yaitu :
1. Menciptakan situasi “menang-menang” (win-win solution) dan bukan situasi “kalah-
menang” diantara fihak yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan
(stakeholders). Dalam hal ini terutama antara pimpinan lembaga dengan staf lembaga
harus terjadi kondisi yang saling menguntungkan satu sama lain dalam meraih mutu
produk/jasa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut.
2. Perlunya ditumbuhkembangkan adanya motivasi instrinsik pada setiap orang yang
terlibat dalam proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga pendidikan harus
tumbuh motivasi bahwa hasil kegiatannya mencapai mutu tertentu yang meningkat terus
menerus, terutama sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna/langganan.
3. Setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang. Penerapan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu proses perubahan jangka pendek, tetapi usaha jangka panjang yang konsisten dan terus menerus.
4. Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang ditetapkan, harus d ikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu. Janganlah diantara mereka terjadi persaingan yang mengganggu proses mencapai hasil mutu tersebut. Mereka adalah satu kesatuan yang harus bekerjasama dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain untukmenghasilkan mutu sesuai yang diharapkan. Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha jasa”yang memberikan pelayanan kepada pelangggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut (Karsidi, 2000).
Para pelanggan layanan pendidikan terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat kelompok (Sallis, 1993). Mereka itu adalah pertama yang belajar, bisa merupakan mahasiswa / relajar / murid/ peserta belajar yang biasa disebut klien/
Pelanggan primer (primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerim a manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Kedua, para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang ketiga bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external customers).
Selain itu, yang keempat, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang berasal dari intern lembaga; mereka itu adalah para guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal customers). Walaupun para guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas dari suatu lembaga pendidikan mereka akan diuntungkan, baik kebanggaan maupun finansial. Seperti disebut diatas bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan diatas. Kepuasan dan kebanggaan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan.
Potensi perkembangan, dan keaktifan murid tentu saja merupakan yang paling utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Perkembangan fisik yang baik, baik jasmani maupun otak, menentukan kemajuannya. Demikian pula dengan lainnya, misalnya bakat, perkembangan mental, emosional, pibadi, sosial, sikap mental, nilai-nilai, minat, pengertian, umur, dan kesehatan; kesemuanya akan mempengaruhi hasil belajar dan mutu seseorang. Untuk itu, maka perhatian terhadap paserta didik menjadi sangat penting.
PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN
Aplikasi teknologi pada pendidikan secara langsung akan mempengaruhi keputusan- keputusan tentang proses pendidikan yang spesifik. Umpama: aplikasi itu mempunyai dampak penting terhadap isi (content) yang akan diajarkan, tingkat standarisasi dan pemilihan isi, jumlah dan kualitas sumber-sumber yang tersedia.
Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang terpenting
adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan pendidikan, dan relevansi pendidikan dengan pembangunan nasional. Demikian luas dan jauhnya jangkauan yang hendak dicapai oleh program pembangunan pendidikan kita, padahal di lain pihak sumber- sumber yang tersedia bertambah terbatas dan langka.
Kenyataan-kenyataan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pemecahan
masalah-masalah pendidikan kita membutuhkan alternatif-alternatif lain disamping cara- cara penyelesaian yang konvensional yang dikenal selama ini. Berbagai potensi yang dimiliki oleh teknologi dalam pendidikan lantas memungkinkannya diajukan sebagai suatu alternatif untuk memecahkan masalah-masalah tadi. Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan akan mampu :
1. menyebarkan informasi secara meluas, seragam dan cepat.
2. membantu, melengkapi dan (dalam hal tertentu) menggantikan tugas guru.
3. dipakai untuk melakukan kegiatan instruksional baik secara langsung maupun
sebagai produk sampingan.
4. menunjang kegiatan belajar masyarakat serta mengundang partisipasi masyarakat.
5. menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar.
6. menambah daya tarik untuk belajar.
7. membantu mengubah sikap pemakai.
8. mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses.
9. mempunyai keuntungan rasio efektivitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem tradisional. (Miarso, 1981) Jika semula teknologi pendidikan (dalam arti yang sangat terbatas) dipandang hanya berperan pada taraf pelaksanaan kurikulum di kelas, konsepsi baru menghendaki teknologi pendidikan sebagai masukan (input) bahkan sejak tahap perencanaan kurikulum. Dengan demikian sudah sejak perencanaan kurikulum harus pula dikaji dan ditentukan bentuk teknologi pendidikan yang akan diterapkan. Pemilihan teknologi dalam pendidikan akan membuka kemungkinan untuk lahirnya berbagai alternatif bentuk kelembagaan baru yang menyediakan fasilitas belajar, disamping dapat melayani segala bentuk lembaga pendidikan yang telah ada Misalnya kemungkinan bagi suatu bentuk sekolah terbuka yang fasilitas dan tata belajarnya berbeda sekali dengan sekolah konvensional, tetapi dengan hasil (output) yang sama. Serangkaian kriteria pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, antara lain: harus dijaga kesesuaiannya (kompatibilitas) dengan sarana dan teknologi yang sudah ada, dapat menstimulasikan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, serta mampu memacu usaha peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
Dengan demikian, adanya penerapan suatu teknologi dalam pendidikan akan sangat
mungkin terjadi perubahan besar-besaran dalam interaksi belajar mengajar antara sumber- sumber belajar dengan pelaku belajar. Salah satu kemungkinan perubahan tersebut adalah penerapan dan perubahan teknologi informasi dalam pendidikan melalui penyelenggaraan belajar jarak jauh.

PERANAN INFORMASI DAN REVOLUSI TEKNOLOGI INFORMASI
Salah satu esensi dari proses pendidikan tidak lain adalah penyajian informasi. Dalam menyajikan informasi, haruslah komunikatif. Dalam komunikasi pada umumnya, demikian pula dalam pendidikan, informasi yang tepat disajikan adalah informasi yang dibutuhkan , yakni yang bermakna, dalam arti :
(1) secara ekonomis menguntungkan.
(2) t secara teknis memungkinkan dapat dilaksanakan,
(3) secara sosial-psikologis dapat diterima sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada, dan
(4) sesuai atau sejalan dengan kebijaksanaan/ tuntutan perkembangan yang ada
Konsep “bermakna” ini penting bagi keberhasilan penyebarluasan informasi yang dapat diserap dan dilaksanakan sasaran/peserta didik. Karena itu, Williams (1984) menyebutkan bahwa komunikasi adalah saling pertukaran simbol-simbol yang bermakna.
Williams menekankan bahwa :
(1) kita tidak dapat saling bertukar makna,
(2) kita hanya secara fisik bertukar simbol, dan
(3) komunikasi tidak akan terjadi, kecuali kita berbagi makna untuk simbol- simbol tertentu.
Dalam memberikan/menyampaikan informasi kepada orang lain (misalnya kepada peserta didik), maka informasi tersebut haruslah informasi yang bermakna bagi orang yang bersangkutan. Untuk dapat mengetahui dan memahami informasi yang benar-benar dibutuhkan, bahkan prioritas informasi yang dibutuhkan perlu kita pahami, komunikator perlu bertindak sebagai pengamat dan pendengar yang baik. Jadi bukan informasi yang kita ketahui yang disampaikan, tetapi yang kita sampaikan adalah informasi yang benar-benar bermakna dan dibutuhkan sasaran.
Informasi yang dibutuhkan dan bermakna adalah informasi yang mampu membantu/
mempercepat pengambilan keputusan untuk terjadinya perubahan, dan yang bermanfaat untuk mendorong terjadinya perubahan tersebut. Untuk itulah maka, pemilihan informasi harus benar-benar selektif dengan mempertimbangkan jenis teknologi mana yang tepat dipilih sebagai medianya.
Sejarah, kini dengan berkembangnya komputer dan sistim informasi modern, kembali menawarkan pencerahan baru. Revolusi teknologi informasi menjanjikan struktur interaksi kemanusiaan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih efisien. Revolusi informasi global adalah keberhasilannya menyatukan kemampuan komputasi, televisi, radio dan telefoni menjadi terintegrasi. Hal ini merupakan hasil dari suatu kombinasi revolusi di bidang komputer personal, transmisi data, lebar pita (bandwitdh), teknologi penyimpanan data (data storage) dan penyampaian data (data access), integrasi multimedia dan jaringan komputer. Konvergensi dari revolusi teknologi
tersebut telah menyatukan berbagai media, yaitu suara (voice, audio), video, citra (image), grafik, dan teks (Sasono, 1999). Akibat adanya revolusi teknologi informasi telah, sedang dan akan merubah kehidupan umat manusia dengan menjanjikan cara kerja dan cara hidup yang lebih efektif, lebih bermanfaat, dan lebih kreatif. Sebagaimana dua sisi, baik dan buruk, dari suatu teknologi, teknologi informasi juga memiliki hal yang demikian. Kemana seharusnya teknologi ini diarahkan dan ditempatkan dan dimanfaatkan dengan sebenar-benarnya haruslah diperhitungkan, karena apabila keliru, suatu bangsa akan mengalami akibatnya secara fatal.
Dalam dunia pendidikan, revolusi informasi akan mempengaruhi jenis pilihan
teknologi dalam pendidikan, bahkan, revolusi ini secara pasti akan merasuki semua aspek kehidupan, (termasuk pendidikan), segala sudut usaha, kesehatan,entertainment,
pemerintahan, pola kerja, perdagangan, pola produksi, bahkan pola relasi antar masyarakat dan antar individu. Inilah yang merupakan tantangan bagi semua bangsa, masyarakat dan individu. Siapkah lembaga pendidikan kita menyambutnya?
Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu emfasilitasi seseorang untuk belajar.
Wen (2003) seorang usahawan teknologi mempunyai gagasan mereformasi sistem pendidikan masa depan. Menurutnya, apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya (keluarga dan masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk mendapatkan nilai-nilai ujian yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa depan. Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar lulusan suatu sekolah dapat cukup pengetahuannya dan kompeten dalam bidangnya, tapi juga matang dan sehat kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang akan datang, menurutnya akan berubah secara drastis. Secara fisik, sekolah tidak perlu lagi menyediakan sumber-sumber daya yang secara tradisional berisi bangunan- bangunan besar, tenaga yang banyak dan perangkat lainnya. Sekolah harus bekerja sama secara komplementer dengan sumber belajar lain terutama fasilitas internet yang telah menjadi “sekolah maya”.
Bagaimanapun kemajuan teknologi informasi di masa yang akan datang, keberadaan sekolah tetap akan diperlukan oleh masyarakat. Kita tidak dapat menghapus sekolah, karena dengan alasan telah ada teknologi informasi yang maju. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain.
Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat diakses oleh siapapun dari manapun secara individu.Dunia pendidikan harus menyiapkan seluruh unsur dalam sistim pendidikan agar tidak tertinggal atau ditinggalkan oleh perkembangan tersebut. Melalui penerapan dan pemilihan yang tepat teknologi informasi (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang berkelanjutan dapat diharapkan termasuk belajar jarak jauh seperti Universitas Terbuka (UT). Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara konsisten/konstan akan mendorong untuk berorientasi pada perubahan untuk memperbaiki secara terus menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan seperti UT karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, juga akan menjadi peluang yang baik bila lembaga pendidikan seperti UT mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan.











BAB III
PENUTUP
Penerapan teknologi dalam pendidikan seperti belajar jarak jauh di era global
informasi tidak lain adalah bentuk aplikasi jenis-jenis teknologi informasi mutakhir
sekaligus usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pendidikan. Proses belajar mengajar yang menerapkan teknologi dalam pendidikan dapat berupa penggunaan modul, media belajar cetak, dan media elektronik seperti radio, TV,internet dan sistim jaringan komputer, serta bentuk-bentuk teledukasi lainnya.
Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam pendidikan harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan mutu pendidikan kita (rk).








DAFTAR PUSTAKA
www.humassambas.com padalinkbalik http://humassambas.com/?page_id =650
Karsidi, Ravik, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Bahan Ceramah di Pondok Assalam, Surakarta 19 Februari 2000. , 2000. Penerapan Teknologi untuk Peningkatan Mutu Pendidikan,Makalah Seminar Pendidikan Tingkat Regional. EKMA FKIP UNS, Surakarta 7 September 2000.
Miarso, Yusufhadi. 1981. Dalam Buku Akta V-B: Penerapan Teknologi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Universitas Terbuka (1984/85).
Sasono, Adi, 1999. Ekonomi Kerakyatan dalam Dinamika Perubahan, Malakah Konferensi Internasional Ekonomi Jaringan, Hotel Sangri-La, Jakarta 5-7 Desember 1999.
Sallis, Edward, 1993. Total Quality Management in Education, Kogam Page, London.
Slamet, Margono, 1999. Filosofi Mutu dan Penerapan Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu, IPB Bogor.
Wen, Sayling, 2003. Future of Education (Masa Depan Pendidikan), alih bahasa Arvin Saputra, Batam: Lucky Publishers.
William, Frederick, 1989. The News Communication, Los Angeles : Wadsworth, Inc.
Wirakartakusumah, 1998. Pengertian Mutu Dalam Pendidikan, Lokakarya MMT IPB,Kampus Dermaga Bogor, 2-6 Maret 1998

Manajemen Perubahan

UJIAN TENGAH SEMESTER


Mata Kuliah : Manajemen perubahan
Prodi / Smt : Magister AP/1
Dosen : 1. Dr. Usman Radiana
2. Dr. Aswandi

1. Buatlah Jurnal Organisasi dan Manajemen Perubahan Pendidikan
a. Nama Penulis
b. Kata Kunci
c. Abstrak
d. Pendahuluan
e. Tinjauan Pustaka (Teori)
f. Metodelogi Penelitian
g. Analisis Data
h. Kesimpulan
i. Referensi
2. Buatlah Analisis Swot Tentang Organisasi dan Manajemen di Tempat Kerja

===== &&&&=====













JAWAB.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUBAHAN PENDIDIKAN
IKHSAN.SE
KATA KUNCI
Organisasi, manajemen Perubahan Pendidikan
ABSTRAK
OTENG SUTISNA ( 1989 : 205)
Organisasi adalah kegiatan menyusun struktur dan mebentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama.
ATCHISON dan WINSTON W. HILL ( 1978: 43)
“Management Today “ An organization is a system of cooperative human activities HADARI NAWAWI ( 1982:24 )
Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama
Drucker (1985)
menyebutkan beberapa sumber pembaruan suatu organisasi dapat berasal dari : the unexpected, the incongruity, innovation based on process need, changes in industry structure or market structure, demographics, changes in perception mood and meening, and new knowledge.[1] Dari sumber utama tuntutan pembaruan organisasi menurut Drucker tersebut, maka sumber perubahan lembaga pendidikan tinggi dapat berasal dari kondisi yang tidak diharapkan, munculnya ketidakwajaran, inovasi yang berdasarkan kebutuhan proses, perubahan struktur industri atau struktur pasar, demografi, perubahan persepsi, suasana dan makna serta pengetahuan baru.
Bagaimana organisasi dan manajemen perubahan Pendidikan mengetahui kapan mereka harus berubah? Tanda-tanda apa yang harus dicari oleh organisasi? Meskipun tidak ada jawaban yang benar benar pasti, tanda - tanda yang mengindikasikan kebutuhan akan perubahan ditemukan dengan cara mengawasi kekuatan kekuatan untuk perubahan. Organisasi menghadapi banyak kekuatan untuk perubahan yang berbeda. Kekuatan - kekuatan ini berasal dari sumber eksternal di luar organisasi dan dari sumber internal. Kesadaran akan kekuatan – kekuatan ini dapat membantu para pengambil kebijakan untuk menentukan kapan mereka sebaiknya mempertimbangkan mengimplementasikan organisasi dan manajem kabuen perubahan pendidikan itu harus dilakukan.
Organisasi manajemen perubahan pendidikan ini terjadi dikabupaten sambas, dimana pemerintah kabupaten ingin meningkatkan Mutu dan kualitas pendidik , sehingga akan mengakibatkan meningkatnya juga output yang dihasilkan oleh pendidik.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator kekurang berhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan NEM siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara TINJAUAN PUSTAKA
Dalam masyarakat yang mengitari organisasi dewasa ini, terdapat banyak isu mengenai perubahan – perubahan dan bagaimana seorang pribadi atau sekolompok orang dalam suatu organisasi mengatasi desakan perubahan yang tidak dapat dielakkan sehingga mereka dapat mempertahankan organisasi mereka agar tetap berlangsung. Meskipun perubahan adalah kenyataan hidup, apabila Pemimpin dalam suatu organisasi pendidikan ingin efektif, mereka tidak lagi dapat membiarkan perubahan itu terjadi sebagaimana adanya. Mereka harus dapat menyusun strategi untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengendalikan perubahan. Akan tetapi adakalanya satu – satunya jalan menuju efektifitas dan efesiensi adalah melalui perubahan. Perubahan merupakan salah satu fakta kehidupan dalam perilaku organisasi. Perubahan yang diintroduksi secara tidak tepat, juga dapat menyebabkan timbulnya sikap menentang dan tindakan sabotase.
Mengapa perubahan demikian penting
Lembaga Pendidikan dalam lingkungan yang stabil dan statik , akan merasakan bahwa suatu ketika perubahan perlu dilaksanakan sekalipun hal tersebut hanya meliputi perubahan dalam angkatan kerja. Teknologi teknologi baru terus menerus dikembangkan, dan persaingan harus dihadapi dalam bentuk penawaran penawaran pemasaran dan kebijaksanaan kebijaksanaan penetapan harga baru. Efek perubahan atas organisasi formal sangat besar. Teknologi dan organisasi merupakan dua macam faktor kausal utama dalam pengoperasian suattu lembaga pendidikan. Tindakan mereorganisasi dan memodifikasi dasar dasar teknologikal bukanlah pekerjaan kecil. Tetapi, dampak perubahan atas sistem – sistem individual dan sosial mungkin lebih besar.
Perubahan sebagai suatu proses
Kita dapat menyatakan perubahan sebagai suatu proses yang terdiri dari suatu aktivitas yang berkaitan satu sama lain. Perubahan tidak mungkin terjadi , kecuali hal itu berlangsung melalui manusia. Manusia harus memutuskan diadakannya perubahan, dan mereka harus merencanakan bagaimana perubahan itu akan terjadi, dan organisasi pendidikan yang bersangkutan perlu dimodifikasi, agar mereka dapat mengakomodasi perubahan secara paling efektif, dan setelahnya perlu direkrut dan digantikan anggota anggota organisasi dengan orang orang yang memiliki keterampilan keterampilan baru yang lebih sesuai begitu pula para pendidik yang lama perlu dilatih kembali dengan keterampilan keterampilan baru, dan akhirnya perubahan tersebut harus diupayakan kelangsungannya.
Dikaitkan dengan konsep ‘globalisasi”, maka Michael Hammer dan James Champy menuliskan bahwa ekonomi global berdampak terhadap 3 C, yaitu customer, competition, dan change. Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin banyak, dan perubahan menjadi konstan. Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen perubahan agar proses dan dampak dari perubahan tersebut mengarah pada titik positif. Hasan Mustafa, 2001
Pendekatan klasik yang dikemukaan oleh Kurt Lewin mencakup tiga langkah. Pertama : UNFREEZING the status quo, lalu MOVEMENT to the new state, dan ketiga REFREEZING the new change to make it pemanent.
Menurut Hussey, faktor pendorong terjadinya perubahan adalah perubahan teknologi yang terus meningkat, persaingan semakin intensif dan menjadi lebih global, pelanggan semakin banyak tuntutan, profil demografis negara berubah, privatisasi bisnis milik masyarakat berlanjut dan stakeholders minta lebih banyak nilai.[2] Sedangkan Kreitner dan Kinicki, menyebutkan kebutuhan akan perubahan dipengaruhi oleh kekuatan eksternal yang mencakup demographics characteristics, technological advancements, market changes, social and political pressures dan kekuatan internal yang meliputi human resources problems/prospects, managerial behavior/decisions.[3]
METODELOGI PENELITIAN
a. Obyek Penelitian
Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas
b. Lokasi Penelitian
SMP Negeri 3 Selakau Kabupaten Sambas
c. Teknik Pengumpulan Data
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif selain sebagai perencana
sekaligus juga sebagai pelaksanan pengumpul data atau sebagai instrument
(Moeloeng, 1998 : 121).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Tujuan dari observasi adalah dengan mendeskrepsikan seting yang
diamati, tempat kegiatan orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut dan makna apa yang diamati menurut perspektif pengamat (Patton,
1990 : 202).
Menurut Guba dan Lincoln (1981) ada bebearapa alas an mengapa
dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan secara optimal,
karena :
a. Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung
b. Teknik pengamatan sangat dimungkinkan pengamat melihat dan
mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian seperti
keadaan yang sebenarnya.
c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi
yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data
lapangan.
d. Pengamatan merupakan jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan data.
e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi
yang rumit dan perilaku yang kompleks.
f. Teknik pengamatan dapat dijadikan alat yang sangat bermanfaat ketika
teknik komunikasi lain tidak dimungkinkan.
Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara
berperan serta dan yang tidak berperan serta (Moeleong, 1998 : 126). Pada
pengamatan berperan serta, pengamat melakukan dua peran sekaligus, yaitu
sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang
diamati. Sedangkan pengamatan tanpa berperan serta pengamat hanya
melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan antara peneliti yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 1998 :
135).
Patton (1990 ) 135 – 136) mengemukakan pilihan teknik wawancara,
yaitu :
a. Wawancara pembicara informal (the informal conversational interview).
Pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara itu
sendiri dan sponanitasnya dalam mengajukan pertanyaan. Wawancara
dilakukan pada latar alamiah.
b. Menggunakan petunjuk umum wawancara (the general interview guide
approach). Wawancara dilakukan berdasar pada kerangka dan garis besar
pokok-pokok yang dituangkan dalam pertanyaan disesuaikan dengan
keadaan responden dalam konteks wawancara sebenarnya.
c. Wawancara baku terbuka (the standardized open-ended interview).
Wawancara ini menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Hal ini
dimaksudkan untuk menghilangkan terjadinya bias-bias atau
“kemencengan”.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah teknik
pertama dan kedua. Wawancara informal banyak digunakan dengan para user
3. Instrumen pengumpul data
Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, asumsi yang
digunakan dalam memandang realitas adalah bahwa realitas bersifat
menyeluruh ( holistik ), tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabelvariabel,
seperti pada pandangan dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Peneliti mengutamakan pengamatan kejadian apa adanya,
sehingga dalam metode penelitian ini tidak ada pilihan lain selain manusia
sebagai instrument utama penelitian, seperti juga diungkapkan oleh Bodgan
dan Biklen ( 1982 ) bahwa , “the researcher is key instrument”. Bentuk
instrument lain mungkin digunakan dalam penelitian, tetapi unsur manusia
adalah tetap merupakan instrument yang paling utama.
ANALISA DATA
Penelitian kualitatif menekankan pada analisis secara induktif, sehingga
data yang dikumpulkan bukan untuk mendukung atau menolak hipotesis yang
diajukan sebelum penelitian dilakukan, tetapi data dikumpulkan dan
dikelompokkan dalam pola, tema atau kategori untuk selanjutnya ditarik suatu
kesimpulan sementara dengan cermat dan hati-hati.
KESIMPULAN
kesimpulan sementara dirumuskan secepat mungkin menjadi
kesimpulan-kesimpulan yang kokoh,kuat dan mengandung makna sebelum data
tersebut tertumpuk. Kesimpulan tersebut bertujuan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan
penelitian serta dapat dijadikan sebagai temuan-temuan penelitian yang bermanfaat.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara terus
menerus selama pengumpulan data berlangsung sampai pada akhir penelitian
atau penarikan kesimpulan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui
empat kegiatan utama, yaitu : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.



REFERENSI
Handoko, Hani.2003. Manajemen edisi 2.
Yogyakarta : BPFE-YogyakartaKinicki, Angelo dan Robert Kreitner.2000.Organizational Behavior edisi Indonesia.
Jakarta : Salemba EmpatWinardi, J.2004. Manajemen Perilaku Organisasi.
Jakarta : Prenada Media
ATCHISON dan WINSTON W. HILL ( 1978: 43) dalam bukunya “Management Today “
An organization is a system of cooperative human activities
HADARI NAWAWI ( 1982:24 )
Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama
OTENG SUTISNA ( 1989 : 205)
Organisasi adalah kegiatan menyusun struktur dan mebentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama







Manaj

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF


A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan kampus, khususnya,Unuversitas Tanjungpura Pontianak Khususnya FKIP Jurusan Administrasi Pendidikan dalam keseharianya sangat banyak kebiasaan-kebiasaan khususnya kebiasaan membaca yang berlangsung otomatis baik oleh kalangan para mahasiswa maupun oleh kalangan para dosen bahkan oleh kalangan para pemimpin universitas.
Bukti ini dapat dilihat pada aktivitas dalam perpustakaan umum , yang mana buka untuk melayani mahasiswanya baik yang hanya membaca, meminjam buku maupun yang mengembalikan buku yang telah di pinjam oleh mahasiswa mulai dari hari senin sampai hari sabtu adapun waktunya adalah mulai dari jam delapan pagi sampai pada jam lima sore. Jadi, kemungkinan banyak waktu yang di berikan kesempatan bagi mahasiswa untuk hanya sekedar mengunjungi untuk mencari referensi bahan kuliah sampai pada aktivitas membaca dalam perpustakaan. Mahasiswa dalam memanfaatkan perpustakaan ini banyak yang tertarik untuk mengunjungi perpustakaan umum hal ini terlihat dalam keseharianya, perpustakaan selalu di penuhi oleh mahasiswa baik S1 maupun S2.
Selain itu, untuk fasilitas buku bagi mahasiswa juga tersedia dalam perpustakaan pada setiap jurusan. Hal ini berarti bahwa, kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa untuk membaca adalah banyak sekali. Baik dari segi buku-buku yang tersedia maupun waktu yang tersedia dan bahkan waktu pelayanan dari pegawai perpustakaan. Hal ini juga berarti bahwa, kesempatan bagi mahasiswa untuk membaca juga banyak dan lengkap.
Akan tetapi, dalam penggambaran yang terlihat banyak mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan umum, hal ini wajar karena itu adalah perpustakaan untuk seluruh mahasiswa universitas Tanjungpura. Jika kita bandingkan dengan perpustakaan Daerah bagaimana? Apakah disana juga terlihat banyak mahasiswa yang setiap harinya mengunjungi perpustakaan yang mana di sana mereka melakukan aktivitas membaca ataupun meminjam buku.
Fakta yang ada, kebiasaan membaca tidak dapat diukur melalui sering tidaknya mengunjungi perpustakaan atau ramai tidaknya perpustakaan. Akan tetapi, perpustakaan merupakan salah satu tempat dan fasilitas yang dapat membantu mahasiswa untuk melakukan aktivitas kebiasaan membacanya.
Jika kita melihat fakta yang ada, meskipun perpustakaan ramai oleh mahasiswa yang datang baik yang hanya sekedar untuk meminjam buku untuk referensi yang berkaitan dengan mata kuliah mahasiswa, atau bahkan yang datang ke perpustakaan hanya sekedar untuk mencari referensi untuk mengerjakan tugas mereka. Di dalam perpustakaan tersebut, banyak aktivitas membaca yang di lakukan oleh mahasiswa, baik hanya membaca karena untuk mencari bahan-bahan untuk menyelesaikan tugas mereka sampai pada aktivitas mahasiswa yang benar-benar membaca untuk menambah pengetahuan mereka.
Karena hal inilah yang kemungkinan dapat memberikan dampak yang positif bagi mahasiswa. Meskipun dampak yang terlihat nyata belum begitu besar dan jelas, akan tetapi hal ini dapat memberikan dampak yang positif. Hal ini dikarenakan, dari aktivitas kebiasaan membaca akan dapat mempelajari rahasia segala ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kebutuhan.
Sebagai mahasiswa S2 , membaca merupakan suatu kebutuhan yang wajib terpenuhi. Karena ruang lingkupS2 Administrasi pendidikan sangat luas. Manusia dan lingkungan hanya dapat di masuki melalui membaca, karena manusia dan lingkungan bukanlah sebuah bilangan yang dalam menghadapinya dengan menghitungnya ataupun mengalikanya. Akan tetapi manusia dan lingkungan hanya dapat dihadapi dengan pemahaman. Sebelum kita memahami, tentunya ada suatu konteks atau suatu informasi yang harus diejah dan dikenali terlebih dahulu.
Yang telah tersebut di atas, semua itu hanyalah sebatas pengertian kita tentang kebiasaan membaca yang dapat terlihat. Sebenarnya, pengertian dan pengetahuan tentang kebiasaan itu sendiri dapat dijabarkan dan juga perlu untuk dilakukan penelitian secara lebih lanjut.
Pengertian kebiasaan membaca adalah suatu aktivitas yang rutin dilakukan dalam proses penalaran untuk mencapai pemahaman terhadap gagasan dan informasi yang di dapatkan melalui lambang-lambang yang ada baik tertulis maupun tidak.
Aktivitas membaca tidak hanya membutuhkan mulut untuk mengeja dan mata untuk melihat, akan tetapi aktivitas membaca membutuhkan otak untuk memahami untuk melakukan aktivitas pemahaman. Yang mana otak dan aktivitas kognitifnya terletak jauh dan tersembunyi dari aktivitas mata dan indera lainya.
Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan membaca merupakan aktivitas kognitif seseorang yang tidak dapat dilihat hanya dengan indera saja. Karena aktivitas kognitif tidak akan bisa tampak jika kita tidak mendalaminya.
Dalam melakukan rutinitas membaca, ada banyak cara yang diperlukan untuk dapat mendapatkan informasi yang memang benar-benar dapat membantu kita dalam pemahaman. Di kutip dari bukunya Ad Rooijakkers, yang berjudul cara belajar di perguruan tinggi beberapa petunjuk praktis pada halaman 17-18, ada lima cara yang diperlukan untuk membaca yaitu:
1.Membaca terarah, yang mana dalam membaca terarah ini kita akan mendapatkan informasinya dengan cepat dan dalam waktu yang singkat.
2. Membaca sepintas, yang mana dalam membaca sepintas ini kita harus mengetahui pikiran pokok tiap-tiap bab.
3. Membaca mencari, yang mana dalam membaca mencari ini kita harus dengan cepat mencari kuncinya yaitu tentang keterangan yang akan di cari
4. Membaca belajar, yang mana dalam membaca belajar ini kita harus mengetahui dan mengingat hal-hal yang penting dan detail.
5. Membaca kritis, yang mana kita harus mengingat dan mengerti bahkan kita harus menilainya.
Dari kelima cara-cara membaca di atas, secara terlihat mata kita tidak akan mengetahui, apakah cara yang sebenarnya individu pakai.
Karena kebiasaan membaca merupakan bukan suatu aktivitas yang dapat dengan mudah terlihat dan dapat di ukur oleh indera saja, serta untuk menghindari adanya kerancuan dan diskriminasi penilaian tentang mana kebiasaan yang baik dan mana kebiasaan yang tidak baik, maka disinilah kita perlu untuk melakukan suatu penelitian dan penggalian informasi lebih mendalam tentang kebiasaan membaca pada mahasiswa. Karena hal ini dapat membantu dalam perkembangan dan kemajuan serta dapat menjadikan masukan untuk menjadi lebih baik kusunya bagi mahasiswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini.
Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kebiasaan membaca pada mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak Khususnya FKIP Jurusan Administrasi Pendidikan
2. Faktor-faktor apa yang menjadi kebiasaan membaca pada mahasiswa Tanjungpura Pontianak Khususnya FKIP Jurusan Administrasi Pendidikan
3. Bagaimana dampak kebiasaan membaca pada mahasiswa Tanjungpura Pontianak Khususnya FKIP Jurusan Administrasi Pendidikan


C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kebiasaan membaca pada mahasiswa Universitas Tanjungpura khususnya S2 Administrasi Pendidikan.
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang menjadi kebiasaan membaca mahasiswa S2 Administrasi Pendidikan
3. Untuk mengetahui dampak kabiasaan membaca pada mahasiswa S2 Administrasi Pendidikan
Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitaian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang urgen bagi :
1. Peneliti
a. Untuk mengetahui manfaat kebiasaan membaca bagi peneliti
b. Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat termotivasi untuk membiasakan membaca.
2. Keilmuan
Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran kususnya tentang pengembangan konsep kebiasaan membaca dan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi disiplin keilmuan AP khususnya dan seluruh disiplin keilmuan secara umum

D. KAJIAN TEORI
PENGERTIAN MEMBACA
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Adapun secara bahasa membaca diartikan sebagi Iqra’ yang diterjemahkan denagn perintah “membaca”(dalam bahasa arab) semata-mata bukan hanya ditujukan kepada pribadi junjungan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga untuk umat manusia sampai akhir zaman. Menurut Dr.Quraish Shihab dalam bukunya “Tafsir Al Amanah”, kata Iqra’ diambil dari kata kerja qaraa yang mempunyai arti beraneka ragam antara lain menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui cirri-cirinya.
Sekarang kalau kita pertanyakan, apa yang harus dibaca? Dalam surat Al-alaq tersebut tidak terdapat obyek spesifik yang harus dibaca. Dalam kaidah ilmu tafsir dikatakan suatu kata dalam susunan redaksi yang tidak disebutgkan objeknya, maka objek yang dimaksud bersifat umum.
Akan tetapi tema yang kita angkat adalah membaca buku. Dalam hal tersebut membahas masalah strategi atau cara membaca buku dengan cepat, efektif, akurat, dan selainnya.
Membaca adalah aktifitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakkan mata atau tanpa menggunakan pikiran kita.
Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengejanya, dan membedakannya dengan kata-kata lain. Anak harus membaca dengan bersuara, mengucapkan setiap kata secara penuh agar diketahui apakah benar atau salah ia membaca. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan berikut :
1. menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca.
2. menggerakkan kepala dari kiri ke kanan.
3. menggunakan jari atau benda lain untuk menunjuk kata demi kata.
Secara tidak disadari, cara membaca yang dilakukan waktu kecil itu tetap diteruskan hingga dewasa. Mestinya, orang dewasa dapat dengan cepat mengenali frase, kalimat, dan urutan ide sehingga cara-cara di waktu anak-anak tidak perlu lagi di gunakan.Anak-anak yang sedari kecil terbiasa membaca—bukan sekadar membunyikan huruf dan kata—akan memiliki keterampilan, kemampuan, dan ketajaman mencerna isi bacaan. Apa yang menggerakkan mereka untuk membaca, akan sangat menentukan bagaimana mereka menyerap, menyaring, mengolah, dan memaknai informasi yang mereka lahap dari berbagai bacaan. Semakin sering mereka membaca buku-buku yang bergizi, teratur, dan baik penuturannya, kemampuan berpikir mereka akan lebih matang dan tertata.
Itu sebabnya, yang perlu kita kembangkan pada anak-anak semenjak awal. Kita tumbuhkan semangat iqra’ bismirobbikal-ladzi khalaq. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan! Inilah perintah yang pertama kali diturunkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepada kita.
Orang yang tidak mendapat bimbingan, latihan khusus membaca cepat, sering mudah lelah dalam membaca karena lamban, tidak ada gairah, merasa bosan, tidak tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk bisa menyelesaikan buku yang tipis sekalipun
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca.
Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri.
Pengertian Kebiasaan membaca
Salah satu unsur penting dalam Manajemen Diri adalah membangun kebiasaan untuk terus menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar yang senantiasa haus akan informasi dan pengetahuan.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, pendiri General Motors yang mengatakan bahwa “Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty. Anyone who keeps learning stays young. The greatest thing in life is to Keep your mind young.”
Tidak peduli berapapun usia kita, jika kita berhenti belajar berarti kita sudah tua, sedangkan jika senantiasa belajar kita akan tetap awet muda. Karena hal yang terbaik di dunia akan kita peroleh dengan memelihara pikiran kita agar tetap muda.
Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya sebagian besar kita tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam rutinitas dan tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah gergaji kita, seperti yang diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya”The 7 Habits of Highly Effective People” sebagai berikut:
Andaikan saja Anda bertemu seseorang yang sedang terburu-buru menebang sebatang pohon di hutan.
“Apa yang sedang Anda kerjakan?” Anda bertanya.
“Tidak dapatkah Anda melihat?” demikian jawabnya dengan tidak sabar.
“Saya sedang menggergaji pohon ini.”
“Anda kelihatan letih!” Anda berseru. “Berapa lama Anda sudah mengerjakannya?”
“Lebih dari lima jam,” jawabnya, “ dan saya sudah lelah! Ini benar-benar kerja keras.”
“Nah, mengapa Anda tidak beristirahat saja beberapa menit dan mengasah
Gergaji itu?” Anda bertanya. “Saya yakin Anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat.”
“Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,” orang itu berkata dengan tegas. “Saya terlalu sibuk menggergaji.”
Bahkan menurut Covey, kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling penting karena melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma tujuh kebiasaan manusia efektif. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang kita miliki yaitu diri kita. Kebiasaan ini dapat memperbarui keempat dimensi alamiah kita – fisik, mental, spiritual, dan sosial/emosional.
Membaca merupakan salah satu cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas diri kita. Meskipun kita memiliki “keterbatasan waktu”, kita tetap perlu mengasah gergaji kita. Caranya adalah dengan menguasai cara membaca yang efektif sehingga waktu yang kita gunakan menjadi efisien.
MODEL DALAM MEMBACA
Kebanyakan model teoritis yang ada mengenai proses membaca mencoba menjawab pertanyaan bagaimana orang mengenali kata-kata yang tercetak dalam bacaan. Karena itu, hampir semua model terfokus pada pertanyaan-pertanyaan berikut (Wolf dkk 1988: dalam Gleason dan Ratner 1998: 425).
1. Apakah kata dikenali dengan mengakses representasi kata itu secara
keseluruhan, ataukah dengan mengakses fitur-fitur seperti bentuk
huruf, gabungannya menjadi suku, kemudian kata dan sebagainya?
2. Apakah kata dikenali dengan akses langsung ke makna ataukah
melewati wujud fonologisnya?
3. Apakah pengenalan kata itu menyangkut proses yang berseri ataukah
proses yang simultan?
4. Apakah pengenalan kata itu terutama dibantu oleh konteks (dari atas
ke bawah) ataukah dari bawah ke atas? Ataukah merupakan interaksi
antara kedua-duanya?
5. Apakah pengenalan kata itu terjadi melalui aktivasi atau melalui
pencarian di kamus mental kita?”
Berikut adalah beberapa model yang menjawab sebagian dari pertanyaan-pertanyaan diatas.
A. Model atas ke bawah
Smith (1971, dalam Gleason dan Ratner 1998;426) mengajukan model atas ke bawah yang prototipikal. Dalam model ini, representasi yang mewakili kata dalam memori kita adalah fitur-fitunya seperti garis lurus, setengah lingkaran, dan letaknya. Pada waktu sebuah kata dibaca, fitur-fitur ini bermunculan, tetapi hanya fitur-fitur yang cocok, persis dengan apa yang ada dalam leksikon mental itulah yang akhirnya dipilih. Akan tetapi, retrival fitur-fitur ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang kita miliki dan konteks di mana kata itu dipakai. Seandainya kata yang tertulis dalam suatu kalimat anting seperti pada kata “Kucing itu sedang dikejar anting” maka tidak mustahil bahwa pembaca akan menafsirkan kata anting sebagai salah cetak.
Pemakaian konteks sebagai pembantu menimbulkan kontroversi karena dari penelitian yang lain ditemukan bahwa orang hanya menerka 1 dari 4 kata dalam konteks di mana kata itu dipakai. Sebaliknya, fitur yang membentuk kata banyak mendapat dukungan karena wujud dan macam huruf (font) seperti apapun yang dipakai, kita tetap saja bisa membacanya.


B. Model bawah ke atas
Landasan dasar untuk model yang disebut juga sebagai model yang berdasarkan stimulus, adalah bahwa rekognisi terjadi secara diskrit, berhierarki, dan bertahap. Informasi yang ada pada suatu tahap dimanfaatkan untuk membangun tahap berikutnya. Karena itu pada tahap ini ada tahap sensori, tahap rekognisi, dan tahap interpretasi. Bila ditemukan makna dari kata itu, maka selesailah sudah proses interpretasi kata itu. Seandainya kata yang dibaca tidak ditemukan maknanya, maka pembaca dapat menolak kata itu sebagai kata bahasa Indonesia, atau dia akan bertanya kepada orang lain, atau melihat dikamus, untuk mengetahui makna kata itu.
Ada beberapa model lain seperti model Whole-Word, model component-letter, dan model lagogen yang menangani aspek-aspek lain dalam membaca yang akan terlalu rinci untuk disajikan disini (Lihat Gleason dan Ratner 1998: 427-436).
Tentunya, membaca bukan berhenti pada rekognisi kata demi kata saja tetapi mencakup berkaitan antara satu kata dengan kata lain. Hal ini berarti bahwa membaca merupakan suatu proses yang kompleks karena ia menyangkut berbagai kemampuan linguistik dan pengetahuan yang ekstralinguistik.
(Psikolinguistik. Pengantar pemahaman bahasa manusia. soenjono dardjowidjojo. 2003. Jakarta: yayasan obor Indonesia).
C. CARA MEMBACA YANG EFEKTIF
Ada banyak metode yang ditawarkan ilmuwan. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satunya yakni metode SQ3R. metode SQ3R memberikan srategi yang diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul/sub judul suatu bab dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban pertanyaan.Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun 1941, merupakan sistem membaca yang semakin popular digunakan orang.
Metode ini bukan cara yang lebih cepat untuk memahami suatu bab, namun tingkat pemahaman yang di peroleh diharapkan lebih mendalam karena kita membaca dengan aktif sehingga proses membaca menjadi lebih efektif dan efisien.
Membaca dengan metode SQ3R trediri atas lima tahapan proses yaitu :
1. Survey atau meninjau
2. Question atau bertanya
3. Read atau membaca
4. Recite atau menuturkan
5. Review atau mengulang
1. Survey
Survey adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk :
1. mempercepat menangkap arti,
2. mendapatkan abstrak,
3. mengetahui ide-ide yang penting,
4. melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
5. mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan,
6. memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih
mudah.
Dengan melakukan survey atau peninjauan dapat dikumpulkan informasi yang diperlukan untuk memfokuskan perhatian pada saat membaca. Peninjauan untuk satu bab memerlukan waktu 5-10 menit. Apa yang ditinjau ?
Baca judul: Hal ini membantu untuk memfokuskan pada topik bab.
Baca pendahuluan: Memberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal penting dalam bab.
Baca kepala judul/sub bab: Memberikan gambaran mengenai kerangka pemikiran.
Perhatikan grafik, diagram: Adanya grafik, diagram dan gambar ditujukan untuk memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks.
Perhatikan alat Bantu baca: Termasuk huruf miring, definisi, pertanyaan di akhir bab yang ditujukan untuk membantu pemahaman dan mengingat.
2. Question
Setelah kerangka pemikiran suatu bab diperoleh, mulai perhatikan kepala judul/sub bab yang biasanya dicetak tebal. Dan ubah kepala judul tersebut menjadi beberapa pertanyaan.Tulislah pertanyaan-pertanyaan ini pada suatu kolom dan kolom sisanya untuk jawaban yang diperoleh selama membaca. Misalkan kita membaca buku tentang “Belajar di Universitas” dan kepala judulnya adalah “Gunakan Tempat Belajar yang Sama”. Pertanyaan yang dapat kita munculkan adalah “Mengapa saya harus belajar di tempat yang sama?” dan “Di mana lokasi belajar saya sebaiknya?”
Kita dapat menambah pertanyaan pada waktu membaca. Pertanyaan yang baik akan memberikan pemahaman yang lebih baik pula. Tahap bertanya ini akan menyebabkan pikiran kita terlibat secara akthif dalam proses belajar sehingga akan membantu pemahaman dan mengingat.
3. Read
Dengan membaca, kita mulai mengisi inforfmasi ke dalam kerangka pemikiran bab yang kita buat pada proses Survey. Bacalah suatu subbab dengan tuntas, jangan pindah ke subbab lain sebelum kita menyelesaikannya. Pada saat membaca, kita mulai mencari jawaban pertanyaan yang kita buat pada proses Question. Tuliskan jawaban yang kita peroleh dengan kata-kata sendiri di kertas.
Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok. Perlambat cara membaca anda di bagian-bagian yang penting atau yang anda anggap sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah anda ketahui.
Pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu : (1) jangan membuat catatan-catatan. Ini akan memperlambat anda dalam membaca. Selain itu juga berbahaya, catatan anda itu bisa jadi hanya merupakan kutipan kata-kata penulisnya saja. (2) jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun frase tertentu, bisa jadi setelah anda selesai membaca acap kali ternyata anda salah memilihnya. Kalau memang ada yang menarik atau anda anggap penting cukup beri tanda silang di pinggir halaman dulu. Untuk kemudian nanti dapat dicek kembali.Kita perlu memisahkan keterangan rinci dan contoh- contoh dari konsep utama. Hal itu ditujukan untuk membantu kita memahami konsep utama. Proses membaca ini terkadang berlangsung sangat lambat terutama bila subbab mengandung informasi yang padat dan kompleks. Subbab seperti ini dapat membuat kita binggung bahkan mengalami frustasi. Bila ini terjadi berfhentilah sejenak, coba temukan mengapa kita menjadi binggung, kita dapat juga mencoba menimbulkan pertanyaan lain.Kalau upaya ini belum membuahkan hasil, tandai subbab ini, teruskan membaca subbab berikutnya. Kadang-kadang ada masalah yang membuat kita bingung menjadi jelas pada subbab berikutnya.
4. Recite
Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak. Dan cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau menyebutkan hal-hal penting dari bab itu. pada kesempatan itu, anda dapat juga membuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi. Pada umumnya kita cepat sekali lupa dengan bahan yang telah dibaca. Dengan melakukan proses Recite ini kita melatih pikiran untuk berkonsentrasi dan mengingat bahan yang di baca. Proses ini dilakukan setelah kita menyelesaikan suatu subbab.
Cara melakukan Recite adalah dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang kita buat sebelum membaca subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas tanpa melihat buku.
Kita dapat pula melakukan Recite dengan menuliskan butir-butir pemikiran yang penting dalam subbab tersebut. Bila kita menemukan paragraf yang membuat kita sulit untuk dapat melakukan proses ini, bacalah kembali paragraf tersebut.Berapa lama untuk tahap ini ? anda perlu menyediakan waktu setengah dari waktu untuk membaca. Hal ini bukan merupakan pemborosan waktu, melainkan memang diperlukan untuk tahap ini. Justru pembaca yang hanya membaca sekadar membaca itu memboroskan waktu.
5. Review
Daya ingat kita terbatas. Sekalipun dalam waktu membaca 85% kita menguasai isi bacaan, kemampuan kita dalam 8 jam untuk mengingat detail yang penting tinggal 40%. Dan, dalam tempo 2 minggu pemahaman kita tinggal 20%. Oleh karena itu, janganlah Anda lewatkan langkah terakhir ini: Review.
Review membantu kita untuk menyempurnakan kerangka pemikiran dalam suatu bab dan membangun daya ingat kita untuk bahan pada bab tersebut. Proses ini dapat dilakukan dengan membaca ulang seluruh subbab, melengkapi catatan atau berdiskusi dengan teman. Cara Review yang terbukti efektif adalah dengan menjelaskan kepada orang lain.
Kapan SQ3R dipakai ?
Tidak ada teknik yang cocok untuk semua kondisi. Demikian juga dengan SQ3R, teknik ini tidak cocok untuk buku teks dengan fokus untuk memecahkan masalah, misalkan buku teks matematika. Untuk buku jenis teks ini kita lebih baik memberikan waktu lebih banyak untuk mengerjakan soal-soal. SQ3R merupakan teknik yang tepat untuk memahami buku-buku teks yang memberikan banyak informasi dan mengharuskan kita mempelajarinya secara mendalam.
Dengan teknik SQ3R diharapkan kita dapat memperoleh keuntungan maksimum dari waktu yang diberikan untuk membaca. Teknik ini membantu kita untuk dapat mengetahui kerangka suatu subyek, membantu kita memisahkan konsep utama dengan keterangan rinci dan membantu kita menetapkan sasaran belajar.
Dalam pemakaiannya, proses-proses dalam SQ3R ini dapat memperoleh tekanan yang berbeda tergantung pada kebutuhan kita, misalkan untuk membaca pertama kali suatu bahan sebagai persiapan untuk kuliah, kita perlu menekankan pada proses survey untuk memperoleh gambaran tentang kerangka berpikir. Pengetahuan kita akan kerangka bahan akan sangat membantu kita membuat catatan kuliah di kelas. Bila kita belajar untuk menyiapkan ujian, proses review yang ditekankan sambil menambahkan pertanyaan (Question) sebagai bagian untuk mensimulasikan soal ujian.perlu diingatkan bahwa untuk memakai metode SQ3R, kita perlu latihan. Jangan patah semangat karena waktu yang dibutuhkan lebih banyak. Ingatlah keuntungan berupa pemahaman yang lebih baik yang dapat kita peroleh untuk jangka panjang. Tetaplah memelihara motivasi kita untuk belajar.
Cara membaca yang menyenangkan
Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan.
Di zaman sekarang ini, kelihatannya sebagian besar pelajar kurang memiliki minat membaca, terutama membaca buku pelajaran. Ini diakibatkan oleh karena sebagian pelajar tidak memiliki metode dalam membaca, sehingga pada saat membaca timbul rasa malas, bosan, dan mengatuk. Simak deh tip-tip di bawah ini supaya tercipta suasana membaca yang menyenangkan.
Persiapan Sebelum Membaca
1. Pilihlah waktu yang menurut kita sesuai untuk membaca. Waktu yang sesuai di sini adalah waktu di mana tidak terdapat gangguan, baik dari luar maupun dari dalam diri kita. Waktu yang sesuai disini hanya kita sendiri yang tahu kapan. Namun, sebagain besar orang percaya bahwa waktu yang baik untuk membaca, khususnya buku pelajaran, adalah di pagi hari.
2. Pilihlah tempat dan suasana yang sesuai untuk membaca, yaitu tempat yang terang, sejuk, bersih, nyaman, tenang dan rapih menurut kita sendiri.
3. Pastikan posisi membaca kita adalah posisi yang benar. Posisi yang benar pada waktu membaca adalah duduk dengan posisi badan tegak, tidak bungkuk, dan pastikan jarak antara buku dengan mata kita kurang lebih 30cm.
4. Siapkan juga hal-hal yang biasanya membantu kita dalam membaca, seperti pensil atau spidol.
5. Ada baiknya sebelum belajar kita berdoa terlebih dahulu sesuai dengan kepercayaan masing-masing supaya ilmu yang kita dapat bermanfaat.
Berbagai Cara Membaca
Terdapat 3 cara umum membaca di dalam kehidupan sehari-hari dilihat dari apa tujuan proses membaca tersebut.
1. Membaca sebagai hiburan tanpa perlu memeras otak terlalu keras. Bacaan yang mengandung unsur hiburan disini contohnya novel, cerpen, komik, majalah ringan dll.
2. Membaca untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang tujuannya adalah mencari dan memahami ilmu yang terkandung dalam bacaan tersebut.
3. Membaca kritis. Membaca di sini sama dengan membaca untuk mencari ilmu. Namun membaca di sini diikuti oleh proses menelaah isi bacaan tersebut, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan apa itu?, mengapa bisa terjadi?, oleh siapa?, kapan?, di mana? dan bagaimana itu bisa terjadi? Dalam membaca kritis, kita membuat bacaan sebagai lawan yang harus dikalahkan dengan cara mengetahui dan memahami seluruh isinya.
Belajar dengan menggunakan metode membaca kritis akan menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Kita tidak hanya diminta untuk memahami isi bacaan tapi juga diajak berpikir kreatif mengenai isi tersebut. Tertarik dengan membaca kritis? Simak deh aturan main dalam membaca kritis di bawah ini :
a. Melakukan survei isi buku. Langkah awal yang harus kita lakukan adalah membaca terlebih dahulu bahan bacaan secara sepintas pada bagian-bagian tertentu saja. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran umum mengenai bacaan tersebut. Bagian-bagian yang perlu diperhatikan adalah :
- Paragraf awal, paragaraf akhir dan juga beberapa paragraf di tengah
- Bagian daftar isi, gambar-gambar, tabel dan grafik yang memiliki
gambaran umum mengenai bacaan tersebut.
- Soal-soal yang mungkin terdapat dalam bacaan tersebut.
b. Membuat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya akan timbul pada saat kita melakukan survei. Jika tidak terdapat pertanyaan, usahakan cari apa yang kita tidak mengerti, minimal ada sebuah kata yang kita tidak tahu artinya dan beri tanda pada bagian-bagian yang tidak dimengerti tersebut.
c. Membaca. Merupakan langkah dominan dalam metode ini. Membaca di sini sebagai langkah untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses survei. Baca dengan teliti dan seksama paragraf demi paragraf, bagian demi bagian untuk menangkap pokok-pokok pikiran dari tiap bagian. Usahakan jangan pindah bagian jika kita belum mengerti dan memahami bagian tersebut.
d. Evaluasi. Merupakan langkah di mana terdapat pertanyaan apakah kita sudah menguasai bahan? Yakinkan bahwa kita sudah memahami bahan bacaan tersebut. Jika belum, coba cari apa yang anda tidak mengerti dan temukan jawabannya.
e. Meninjau ulang. Merupakan langkah terakhir kita dalam membaca kritis. Cobalah kita tutup dulu bukunya, kemudian pikirkan apa yang sudah didapat dari bacaan tersebut. Tuliskan hasil pikiran tersebut dalam secarik kertas, dan bandingkan dengan apa yang terdapat pada buku bacaan
E. METODE PENELITIAN
1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITAN
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.
Menurut Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Pendekatan dalam Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.1
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong:
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan
dengan kenyataan ganda
2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti
dan responden
3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.2
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena3.
2. KEHADIRAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat Bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.
3. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Universitas Tabjungpura Pontianak
1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian4. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan5. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya.
5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang perilaku kebiasaan membaca pada mahasiswa, sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)6.
Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang perilaku kebiasaan membaca pada mahasiswa . Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan mahasiswa. Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang perilaku kebiasaan membaca pada mahasiswa.
6. ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.7
Dari rumusan di atas dapatlah kita tarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki8.
7. PENGECEKAN KEABSAHAN TEMUAN
Menurut Moleong ’’kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1) kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan (dependibility), (4) kepastian (konfermability)9. Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam antara lain :
1. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan refrensi.
2. Kebergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.
3. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
8. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Moleong mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : (1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4) tahap penulisan laporan’’10. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :
a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan membaca pada Mahasiswa. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat gaya membaca, kebiasaan membaca, sering atau tidaknya membaca, yang dilakukan oleh Mahasiswa.
c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan Mahasiswa . Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna..










PUSTAKA
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta 2004.
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991
Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003
Wolf dkk 1988: dalam Gleason dan Ratner 1998: 425).

Model Penegmbangan Diri

MODEL PENGEMBANGAN DIRI














SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB – SMA/MA/SMALB/SMK














PUSAT KURIKULUM, BALITBANG DEPDIKNAS
Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat
Telp. : (62-21)3804248,3453440,34834862
Fax. : (62-21) 3508084, 34834862
www.puskur.net




KATA PENGANTAR

Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35, mengenai standar nasional pendidikan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan.
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Salah satu tugas Pusat Kurikulum adalah mengembangkan model-model kurikulum berdiversifikasi sebagai bahan pertimbangan bagi BSNP untuk dapat menetapkan model-model kurikulum. Salah satu Model-model dan Contoh-contoh tersebut adalah Model Pengembangan Diri.
Model-model dan Contoh-contoh ini bersama sumber-sumber lain dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, sehingga pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, contoh-contoh KTSP dan model-model ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.



Kepala Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Depdiknas,



Diah Harianti



DAFTAR ISI



Hal
Kata Pengantar ......................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. LANDASAN ............................................................................. 1

B. PENGERTIAN ......................................................................... 1

C. TUJUAN .................................................................................. 2
1. Tujuan Umum ..................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ................................................................... 2

D. RUANG LINGKUP .................................................................. 2
1. Pelayanan Konseling ........................................................ 2
2. Kegiatan Ekstra Kurikuler ................................................. 3

E. BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN ................................... 3
1. Terprogram ...................................................................... 3
2. Tidak Terprogram ............................................................ 3

BAB II PENGEMBANGAN DIRI MELALUI PELAYANAN KONSELING 4

A. STRUKTUR PELAYANAN KONSELING .............................. 4
1. Pengertian Konseling
2. Paradigma, Visi, dan Misi
3. Bidang Pelayanan Konseling
4. Fungsi Konseling
5. Prinsip dan Asas Konseling
6. Jenis Layanan Konseling
7. Kegiatan Pendukung
8. Format Kegiatan
9. Program Pelayanan

B. PERENCANAAN KEGIATAN ………………………………… 9

C. PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................... 9

D. PENILAIAN KEGIATAN ....................................................... 10

E. PELAKSANA KEGIATAN .................................................... 11

F. PENGAWASAN KEGIATAN ................................................ 12

BAB III PENGEMBANGAN DIRI MELALUI
KEGIATAN EKSTRA KURIKULER ......................................... 13

A. STRUKTUR KEGIATAN EKSTRA KURIKULER ................. 13
1. Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler
2. Visi dan Misi
3. Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler
4. Prinsip Kegiatan Ekstra Kurikuler
5. Jenis kegiatan Ekstra Kurikuler
6. Format Kegiatan

B. PERENCANAAN KEGIATAN ............................................... 15

C. PELAKSANAAN KEGIATAN ................................................ 15

D. PENILAIAN KEGIATAN ........................................................ 15

E. PELAKSANA KEGIATAN ..................................................... 15

F. PENGAWASAN KEGIATAN ............................................... 16

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Contoh Penugasan Pengasuhan kepada Konselor 17
Lampiran 2a: Contoh Program Tahunan Pelayanan Konseling 18
Lampiran 2b: Contoh Program Semesteran Pelayanan Konseling 28
Lampiran 2c: Contoh Program Bulanan Pelayan Konseling 32
Lampiran 2d: Contoh Program Mingguan Pelayanan Konseling 35
Lampiran 3 : Contoh Rencana Program Harian Pelayanan
Konseling .......................................................... 36
Lampiran 4: Contoh Lapelprog ............................................. 38
Lampiran 5 : Volume Kegiatan Mingguan Pelayanan Konseling 40
Lampiran 6 : Jenis dan Frekuensi Layanan yang Diterima
Peserta Didik ……………………………………… 41
Lampiran 7 : Contoh Laporan Nilai Hasil Kegiatan Pelayanan
Konseling …………………………………………… 42
Lampiran 8 : Rincian Kewajiban Konselor……………………… 43
Lampiran 9a: Contoh Isian Format Perhitungan Jam
Kegiatan Pelayanan Konseling di Sekolah/
Madrasah (Tidak penuh satu bulan) ................ 47
Lampiran 9b: Contoh Isian Format Perhitungan Jam
Kegiatan Pelayanan Konseling di Sekolah/
Madrasah (Penuh satu bulan) ....................... 48
Lampiran 10: Rambu-rambu Rencana Kegiatan Estra Kurikuler 49
Lampiran 11: Rambu-rambu Pelaksanaan Kegiatan
Estra Kurikuler .................................................... 50
Lampiran 12: Rambu-rambu Laporan Kegiatan Estra Kurikuler 51
Lampiran 13: Contoh Laporan Keikutsertaan Peserta Didik
dalam Kegiatan Estra Kurikuler ..................... 52
Lampiran 14: Contoh Nilai Peserta didik dalam Kegiatan
Estra Kurikuler ................................................ 53




BAB I

PENDAHULUAN


A. LANDASAN

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6 yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, dan Pasal 12 Ayat (1b) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan.

4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar sekolah.


B. PENGERTIAN

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat megembangankan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.

2. Tujuan Khusus

Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan:
a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
e. Kemampuan kehidupan keagamaan
f. Kemampuan sosial
g. Kemampuan belajar
h. Wawasan dan perencanaan karir
i. Kemampuan pemecahan masalah
j. Kemandirian


D. RUANG LINGKUP

Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegitan tidak terprogram dilaksanakan secara lansung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik.

Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen:

1. Pelayanan konseling, meliputi pengembangan:
a. kehidupan pribadi
b. kemampuan sosial
c. kemampuan belajar
d. wawasan dan perencanaan karir
2. Ekstra kurikuler, meliputi kegiatan:

a. kepramukaan
b. latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja
c. seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan

E. BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN

1. Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal melalui penyelenggaraan:

a. layanan dan kegiatan pendukung konseling
b. kegiatan ekstra kurikuler.

2. Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut.

a. Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
b. Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
c. Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.


BAB II

PENGEMBANGAN DIRI
MELALUI PELAYANAN KONSELING

A. STRUKTUR PELAYANAN KONSELING

Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.

1. Pengertian Konseling

Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Paradigma, Visi, dan Misi

a. Paradigma

Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.

b. Visi

Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

c. Misi

1) Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan.
2) Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah/ madrasah, keluarga dan masyarakat.

3) Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.

3. Bidang Pelayanan Konseling

a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.

b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.

d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

4. Fungsi Konseling
a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
e. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.


5. Prinsip dan Asas Konseling
a. Prinsip-prinsip konseling berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan yang dialami peserta didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
b. Asas-asas konseling meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus, dan tut wuri handayani.

8. Jenis Layanan Konseling

a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.

d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.

f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.


7. Kegiatan Pendukung

a. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
b. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
c. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
d. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya.
e. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
f. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

8. Format Kegiatan

a. Individual, yaitu format kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara perorangan.

b. Kelompok, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.

c. Klasikal, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas.

d. Lapangan, yaitu format kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.

e. Pendekatan Khusus, yaitu format kegiatan konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.






8. Program Pelayanan
a. Jenis Program
1) Program Tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.
2) Program Semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3) Program Bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4) Program Mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5) Program Harian, yaitu program pelayanan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.

b. Penyusunan Program
1) Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi.
2) Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor.
(Lampiran 1 dan Lampiran 2a, 2b, 2c, dan 2d)



B. PERENCANAAN KEGIATAN

1. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan.

2. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling harian yang merupakan jabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat:

a. Sasaran layanan/kegiatan pendukung
b. Substansi layanan/kegiatan pendukung
c. Jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan
d. Pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat
e. Waktu dan tempat

(Lampiran 3)

3. Rencana kegiatan pelayanan konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor. (Lampiran 1)

4. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran.

5. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah/ madrasah.


C. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan.

2. Program pelayanan konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.


3. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Konseling

a. Di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah:

1) Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.

2) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal

3) Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

b. Di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah:

1) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan,, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.

2) Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.

3) Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah.

4. Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG). (Lampiran 4).

5. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah (Lampiran 5)

6. Program pelayanan konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah.


D. PENILAIAN KEGIATAN

1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui:

a. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.

b. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.

c. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik.

2. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan.

3. Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG (Lampiran 4).

4. Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif. (Lampiran 6 dan Lampiran 7)


E. PELAKSANA KEGIATAN

1. Pelaksana kegiatan pelayanan konseling adalah konselor sekolah/ madrasah.

2. Konselor pelaksana kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah wajib:

a. Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional konseling.

b. Merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah/ madrasah, sejawat pendidik, dan orang tua.

c. Melaksanakan tugas pelayanan profesional konseling yang setiap kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik.

d. Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan kegiatan pelayanan profesional konseling.

e. Mengembangkan kemampuan profesional konseling secara berkelanjutan.

(Rincian kewajiban konselor Lampiran 8).
3. Beban tugas wajib konselor ekuivalen dengan beban tugas wajib pendidik lainnya di sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4. Pelaksana pelayanan konseling

a. Pelaksana pelayanan konseling di SD/MI/SDLB pada dasarnya adalah guru kelas yang melaksanakan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, dan penguasaan konten dengan menginfusikan materi layanan tersebut ke dalam pembelajaran, serta untuk peserta didik Kelas IV, V, dan VI dapat diselenggarakan layanan konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

b. Pada satu SD/MI/SDLB atau sejumlah SD/MI/SDLB dapat diangkat seorang konselor untuk menyelenggarakan pelayanan konseling.

c. Pada satu SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dapat diangkat sejumlah konselor dengan rasio seorang konselor untuk 150 orang peserta didik.


F. PENGAWASAN KEGIATAN

1. Kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan.

2. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara:

a. interen, oleh kepala sekolah/madrasah.
b. eksteren, oleh pengawas sekolah/madrasah bidang konseling.

3. Fokus pengawasan adalah kemampuan profesional konselor dan implementasi kegiatan pelayanan konseling yang menjadi kewajiban dan tugas konselor di sekolah/madrasah.

4. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

5. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah.









BAB III

PENGEMBANGAN DIRI
MELALUI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER



A. STRUKTUR KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

1. Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

b. Misi

1) Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka.

2) Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

3. Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler

a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

4. Prinsip Kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.

5. Jenis kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).

b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.

d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.

6. Format Kegiatan

a. Individual, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik secara perorangan.

b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik.

c. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik dalam satu kelas.

d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik antarkelas/antarsekolah/madraasah.

e. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan.


B. PERENCANAAN KEGIATAN

Perencanaan kegiatan ekstra kurikuler mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur:

1. Sasaran kegiatan

2. Substansi kegiatan

3. Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, serta keorganisasiannya

4. Waktu dan tempat

5 Sarana

(Lampiran 10)


C. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Kegiatan ekstra kurikuler yang bersifat rutin, spontan dan keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah.

2. Kegiatan ekstra kurikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pelaksana sebagaimana telah direncanakan. (Lampiran 11)


D. PENILAIAN KEGIATAN

Hasil dan proses kegiatan ekstra kurikuler dinilai secara kualitatif dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.

(Lampiran 12,13, dan14)


E. PELAKSANA KEGIATAN

Pelaksana kegiatan ekstra kurikuler adalah pendidik dan atau tenaga kependidikan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pada substansi kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud.


F. PENGAWASAN KEGIATAN

1. Kegiatan ekstra kurikuler di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan.

2. Pengawasan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan secara:

a. interen, oleh kepala sekolah/madrasah.
b. eksteren, oleh pihak yang secara struktural/fungsional memiliki kewenangan membina kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud.

3. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler di sekolah/madrasah.
































LAMPIRAN
Lampiran 1 : Contoh Penugasan Pengasuhan kepada Konselor

PENUGASAN PENGASUHAN PESERTA DIDIK
KEPADA KONSELOR


SEKOLAH/MADRASAH : SMA 1 Perdana TAHUN AJARAN : 2006/2007
KELAS : XI IPA dan IPS KONSELOR : Asti Cantika

No. Kelas Jumlah Siswa Keterangan
1. XI IPA 1 40 Masuk pagi
2. XI IPA 2 37 Masuk pagi
3. XI IPS 1 36 Masuk pagi
4. XI IPS 2 38 Masuk pagi
Jumlah 151

Kota Sahabat, 10 Juli 2006
Kepala Sekolah/Madrasah

Ttd

Bambang Budi Sentosa



Lampiran 2 a : Contoh Program Tahunan Pelayanan Konseling

PROGRAM TAHUNAN
PELAYANAN KONSELING

SEKOLAH/MADRASAH : SMA I Perdana TAHUN AJARAN : 2006 - 2007
KELAS : XI IPA 2 KONSELOR : Asti Cantika

No Kegiatan Materi Bidang Pengembangan*)
Pribadi Sosial Belajar Karir
1 2 3 4 5 6
1. Layanan Orientasi Obyek-obyek pengembangan pribadi Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial Obyek-obyek pengembangan kemampuan belajar Obyek-obyek implementasi karir

(1) (2) (3) (4)
2. Layanan Informasi Informasi tentang perkembangan, potensi, kemampuan dan kondisi diri Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil belajar Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir
(5) (6) (7) (8)
3. Layanan Penempatan/Penyaluran Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan sosial Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan belajar Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan karir
(9) (10) (11) (12)
4. Layanan Penguasaan Konten Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi
Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sosial
Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan serta penguasaan bahan belajar
Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir
(13) (14) (15) (16)
5. Layanan Konseling Perorangan Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial Masalah pribadi: dalam kemampuan, kegiatan dan hasil belajar Masalah pribadi: dalam pengembangan karir
(17) (18) (19) (20)








6. Layanan Bimbingan Kelompok Topik tentang: Kemampuan dan kondisi pribadi Topik tentang: Kemampuan dan kondisi hubungan sosial Topik tentang: Kemampuan, kegiatan dan hasil belajar Topik tentang: Kemampuan dan arah karir
(21) (22) (23) (24)
7. Layanan Konseling Kelompok Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial
Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan belajar Masalah pribadi: dalam pengembangan karir
(25) (26) (27) (28)
8. Layanan Konsultasi Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan sosial Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan belajar Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan karir
(29) (30) (31) (32)
9. Layanan Mediasi
--- Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih --- ---
(33) (34) (35) (36)
10. Aplikasi Instrumentasi Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah pribadi peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah hubungan sosial peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah belajar peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah karir peserta didik

(37) (38) (39) (40)
11. Himpunan Data Data perkembangan, kondisi dan lingkungan diri pribadi Data perkembangan, kondisi hubungan dan lingkungan sosial Data kemampuan, kegiatan dan hasil belajar Data kemampuan, arah dan persiapan karir
(41) (42) (43) (44)
12. Konferensi Kasus Pembahasan kasus-kasus masalah pribadi tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus masalah sosial tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus masalah belajar tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus masalah karir tertentu yang dialami peseta didik

(45) (46) (47) (48)
13. Kunjungan Rumah Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah pribadi
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah sosial
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah belajar
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah karir

(49) (50) (51) (52)
14. Tampilan Kepustakaan Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kehidupan pribadi
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kemampuan sosial Bacaan dan rekaman tentang kemampuan dan kegiatan belajar Bacaan dan rekaman tentang arah dan kehidupan karir
(53) (54) (55) (56)
15. Alih Tangan Kasus Pendalaman penanganan masalah pribadi
Pendalaman penanganan masalah sosial Pendalaman penanganan masalah belajar Pendalaman penanganan masalah karir
(57) (58) (59) (60)


Kota Sahabat, 15 Juli 2006
Konselor


Ttd


Asti Cantika


Contoh Materi Pengembangan:
(1) Layanan Orientasi: Obyek-obyek pengembangan pribadi, seperti:
 Fasilitas olah raga; latihan bina raga; bela diri.
 Sanggar seni dan budaya
 Tempat peribadatan
 Rehabilitasi penderita narkoba
(2) Layanan Orientasi: Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial, seperti:
 Kegiatan gotong royong
 Perjamuan
 Seminar, lokakarya, diskusi, dan kegiatan kelompok lainnya
 Rapat besar
(3) Layanan Orientasi: Obyek-obyek pengembangan kemampuan belajar, seperti
 Lembaga bimbingan belajar
 Fasilitas belajar di sekolah
 Sekolah-sekolah/madrasah lain
 Perguruan tinggi
(4) Layanan Orientasi: Obyek-obyek implementasi karir, seperti:
 Kursus-kursus keterampilan
 Bengkel
 Perusahaan/pabrik, industri
 Kantor
 Perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan
(5) Layanan Informasi: Informasi tentang perkembangan potensi, kemampuan dan kondisi pribadi, seperti:
 Kecerdasan
 Bakat
 Minat
 Karakteristik pribadi; pemahaman diri
 Tugas perkembangan, tahap perkembangan
 Gejala perkembangan tertentu
 Perbedaan individual
 Keunikan diri
(6) Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial, seperti:
 Pemahaman terhadap orang lain
 Kiat berteman
 Hubungan antarremaja
 Hubungan dalam keluarga
 Hubungan dengan guru, orangtua, pimpinan masyarakat
 Data sosiogram
(7) Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil belajar, seperti:
 Kiat belajar
 Kegiatan belajar di dalam kelas
 Belajar kelompok
 Belajar mandiri
 Hasil belajar mata pelajaran
 Persiapan ulangan, ujian UAS dan UAN
(8) Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir, seperti:
 Hubungan antara bakat, minat, pekerjaan, dan pendidikan
 Persyaratan karir
 Pendidikan umum dan pendidikan kejuruan
 Informasi karir/pekerjaan/pendidikan
(9) , (10), (11), dan (12) Layanan Penempatan/Penyaluran: Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi, sosial, belajar, dan karir dapat dilakukan melalui penempatan di dalam kelas (berkenaan dengan tempat duduk), pada kelompok belajar; diskusi, magang; krida; latihan keberbakatan//prestasi, kegiatan lapangan, kepanitiaan, serta kegiatan layanan bimbingan/konseling kelompok. Masing-masing penempatan/penyaluran itu dapat dimaksudkan untuk mengembangkan satu atau lebih kemampuan peserta didik: kemampuan pribadi, sosial, belajar, karir.
(13) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi, seperti:
 Mengatur jadwal kegiatan sehari-hari: di rumah, di sekolah, di luar rumah/sekolah.
 Menyampaikan kondisi diri sendiri kepada orang lain
 Mengambil keputusan
 Menggunakan waktu senggang
 Memperkuat ibadat keagamaan
 Mengendalikan diri
 Berpikir dan bersikap positif; apresiatif
 Mematuhi peraturan lalu-lintas
(14) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sosial, seperti:
 Cara berbicara dengan orang yang berbeda-beda (teman sebaya, orang yang lebih tua, anggota keluarga)
 Kemampuan pidato
 Menyampaikan pendapat secara lugu (asertive) kepada orang lain
 Mendengar, memahami dan merespon secara tepat dan positif pendapat orang lain
 Melihat kebaikan orang lain dan mengekspresikannya
 Menulis surat persahabatan
 Mengucapkan salam; terima kasih; meminta maaf
 Kemampuan berdiskusi; bermusyawarah
(15) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan dan penguasaan bahan belajar, seperti:
 Menyusun jadwal belajar
 Bertanya/menjawab di dalam kelas
 Meringkas materi bacaan
 Menyusun kalimat efektif dalam paragraf
 Menyusun laporan kegiatan/tugas pelajaran
 Menyusun makalah
(16) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir, seperti:
 Menyalurkan bakat, minat, kegemaran yang mengarah ke karir tertentu
 Memelihara perabotan rumah tangga: pakaian, perabot, peralatan listrik
 Memperbaiki peralatan sederhana
 Menyusun lamaran pekerjaan; currikulum vitae
 Mempertimbangkan dan memilih pekerjaan
 Mempertimbangkan dan memilih pendidikan sesuai dengan arah karir
(17), (18), (19), dan (20) Layanan Konseling Perorangan:
Materi yang dibahas dalam layanan konseling perorangan tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu, melainkan akan diungkapkan oleh klien ketika layanan dilaksanakan. Apapun masalah yang diungkapkan oleh klien (masalah pribadi, sosial, belajar, ataupun karir), maka masalah itulah yang dibahas dalam layanan konseling perorangan. Dalam hal ini konselor dapat memanggil peserta didik (yaitu peserta didik yang menjadi tanggung jawab asuhannya) untuk diberikan layanan konseling untuk masalah tertentu (masalah pribadi, sosial, belajar, atau karir), namun konselor harus lebih mengutamakan masalah yang dikemukakan sendiri oleh peserta didik yang menerima layanan konseling perorangan.
a. Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang kemampuan dan kondisi pribadi, seperti:
 Potensi diri
 Kiat menyalurkan bakat, minat, kegemaran, hobi
 Kebiasaan sehari-hari di rumah; kegiatan rutin, membantu orang tua, belajar
 Sikap terhadap narkoba; KKN; pembunuhan; perkosaan; perang
 Sikap terhadap bencana alam; kecelakaan; HAM; kemiskinan; anak terlantar
 Perbedaan individu

(22) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang Kemampuan dan kondisi hubungan sosial, seperti:
 Hubungan muda-mudi
 Suasana hubungan di sekolah: antarsiswa, guru-siswa, antarpersonil sekolah lainnya
 Peristiwa sosial di masyarakat: demo brutal, bentrok antarwarga
 Peranan RT/RW
 Toleransi, solidaritas
(23) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang kemampuan, kegiatan dan hasil belajar, seperti:
 Kiat-kiat belajar; belajar sendiri; belajar kelompok
 Sikap terhadap mata pelajaran; tugas/PR; suasana belajar di sekolah, perpustakaan, laboratorium
 Sikap terhadap hasil ulangan, ujian
 Masalah menyontek dalam ulangan/ujian
 Pemanfaatan buku pelajaran
(24) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang pengembangan karir, seperti:
 Hidup adalah untuk bekerja
 Masa depan kita; masalah pengangguran; lowongan pekerjaan; PHK
 Memilih pekerjaan; memilih pendidikan lanjutan
 Masalah TKI/TKW
(25), (26), (27), dan (28) Layanan Konseling Kelompok:
Seperti untuk layanan konseling perorangan, materi yang dibahas dalam konseling kelompok tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh konselor, melainkan akan dikemukakan oleh masing-masing anggota kelompok. Apapun masalah yang diungkapkan oleh anggota kelompok tersebut, dan terpilih untuk dibicarakan (apakah masalah pribadi, sosial, belajar, ataupun karir) itulah yang dibahas melalui layanan konseling kelompok. Dalam hal ini konselor dapat mengikutsertakan seorang atau lebih peserta didik yang diasuhnya untuk menjadi anggota kelompok dan menjalani layanan konseling kelompok dengan masalah tertentu (masalah pribadi, sosial, belajar, atau karir) dan dapat mengupayakan agar masalah tersebut dapat dibahas, namun konselor harus lebih mengutamakan masalah yang dipilih oleh kelompok untuk dibahas dalam konseling kelompok.
(29), (30), (31), (32) Layanan Konsultasi:
Seperti untuk layanan konseling perorangan, materi yang dibahas dalam layanan konsultasi tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh konselor, melainkan akan dikemukakan oleh konsulti ketika layanan berlangsung. Apapun masalah yang diungkapkan oleh konsulti tentang peserta didik yang hendak dibantunya (apakah masalah pribadi, sosial, belajar , atau karir) itulah yang dibahas dalam layanan konsultasi. Konselor dapat memperkirakan apa yang hendak dikemukakan oleh konsulti untuk dibahas dalam layanan konsultasi, namun konselor harus mengutamakan pembahasan masalah yang dikemukakan sendiri oleh konsulti.
(33), (34), (35), (36) Layanan Mediasi:
Masalah yang menyebabkan perselisihan pada dasarnya adalah masalah sosial. Dalam hal ini layanan mediasi pertama-tama menangani hubungan sosial di antara pihak-pihak yang berselisih. Dalam pelaksanaan layanan mediasi boleh jadi akan muncul masalah pribadi, masalah belajar, masalah karir, dan masalah sosial lainnya yang perlu ditangani oleh konselor.
(37), (38), (39), (40) Aplikasi Instrumentasi:
Instrumen tes dan nontes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir bentuk dan isinya bermacam-macam, seperti:
 Tes Inteligensi
 Tes Bakat
 Inventori Minat Karir
 Inventori Kreativitas
 Inventori Kepribadian: Self-Esteem; Locus of Control
 Inventori Hubungan Sosial
 Inventori Tahap Perkembangan
 Sosiometri
 Alat Ungkap Masalah: Masalah Belajar, dan Masalah-masalah lainnya
 Tes Hasil Belajar
 Tes Diagnostik
Masing-masing instrumen di atas ada yang mengukur atau mengungkapkan satu atau lebih kondisi diri peserta didik: kondisi diri pribadi, hubungan sosial, kemampuan belajar, dan atau arah/kemampuan karir.
(41) Himpunan Data: Data perkembangan, kondisi dan lingkungan diri pribadi, seperti:
 Identitas diri
 Potensi dasar: inteligensi, bakat, minat
 Identitas keluarga
 Riwayat kesehatan
 Catatan anekdot (kejadian khusus)
 Masalah diri pribadi
(42) Himpunan Data: Data perkembangan, kondisi hubungan dan lingkungan sosial, seperti:
 Sosiogram
 Teman dekat
 Data hubungan sosial
 Masalah sosial
(43) Himpunan Data: Data kemampuan, kegiatan dan belajar, seperti:
 Nilai hasil belajar
 Data kegiatan belajar
 Riwayat pendidikan
 Masalah belajar
(44) Himpunan Data: Data kemampuan, arah dan persiapan karir, seperti:
 Pekerjaan orang tua/keluarga
 Bakat-minat karir; jurusan yang diambil
 Masalah karir
(45) Konferensi Kasus: Masalah pribadi, seperti:
 Sering absen; membolos
 Tingkah laku menyimpang; nakal
(46) Konferensi Kasus: Masalah sosial, seperti:
 Suka menyendiri
 Menganggu teman
(47) Konferensi Kasus: Kasus masalah belajar, seperti:
 Menganggu suasana kelas ketika sedang belajar
 Lalai mengerjakan PR
 Nilai pelajaran rendah
 Sulit mengikuti pelajaran
(48) Konferensi Kasus: Masalah karir, seperti:
 Masalah penjurusan
 Pilihan karir
 Kegiatan praktik; magang
(49), (50), (51), (52) Kunjungan Rumah:
Kegiatan kunjungan rumah dapat membawa satu atau lebih masalah peserta didik (masalah pribadi, sosial, belajar, dan atau karir) untuk dibicarakan dengan orang tua dan atau keluarga.
(53) Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman vidio dan audio tentang perkembangan dan kehidupan pribadi, seperti:
 Tahap-tahap perkembangan
 Tugas-tugas perkembangan
 Penampilan dan pengembangan bakat, minat, kegemaran
 Kehidupan keagamaan
 Bahan relaksasi
 Motivasi berprestasi
 Otobiografi: Kisah orang-orang sukses


(54) Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman vidio dan audio tentang kemampuan hubungan sosial, seperti:
 Suasana hubungan “Saya Oke, Kamu juga Oke”
 Kiat bergaul
 Kepemimpinan
 Mengatasi konflik dengan win-win solution
(55) Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman vidio dan audio tentang kemampuan dan kegiatan belajar, seperti:
 Kiat belajar di sekolah
 Panduan menulis makalah
 Bagaimana menyiapkan dari untuk ulangan/ujian
 Belajar secara mandiri
 Belajar kelompok
(56) Tampilan Kepustakaan: Materi becaan, film, rekaman vidio dan audio tentang arah dan kehidupan karir, misalnya:
 Apa bakat dan karir Anda?
 Informasi karir
 Panduan penjurusan
 Panduan memilih sekolah lanjutan
 Lowongan pekerjaan
 Keselamatan kerja
 Kiat sukses dalam karir
(57) , (58), (59), (60), Alih Tangan Kasus:
Materi alih tangan kasus merupakan pendalaman terhadap masalah pribadi, sosial, belajar, dan atau karir peserta didik yang semula ditangani oleh konselor, dan selanjutnya memerlukan penanganan oleh pihak lain yang berkeahlian/berkewenangan.


Lampiran 2 b : Contoh Program Semesteran Pelayanan Konseling

PROGRAM SEMESTERAN
PELAYANAN KONSELING

SEKOLAH/MADRASAH : SMA I Perdana TAHUN : 2006 - 2007
KELAS : XI IPA 2 KONSELOR : Asti Cantika



No
Kegiatan Materi Bidang Pengembangan
Semester I (Juli-Desember 2006) Semester II (Januari-Juni 2007)
Pribadi Sosial Belajar Karir Pribadi Sosial Belajar Karir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Layanan Orientasi Obyek-obyek pengembangan pribadi
Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial
Obyek-obyek pengembangan kemampuan belajar
Obyek-obyek implementasi karir
Obyek-obyek pengembangan pribadi
Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial
Obyek-obyek pengembangan kemampuan belajar
Obyek-obyek implementasi karir

(1) (2) (3) (4) (1) (2) (3) (4)
2. Layanan Informasi Informasi tentang perkembangan,potensi, kemampuan dan kondisi diri
Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial
Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil belajar
Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir
Informasi tentang perkembangan,potensi, kemampuan dan kondisi diri
Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial
Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil belajar
Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir

(5) (6) (7) (8) (5) (6) (7) (8)
3. Layanan Penempatan/Penyaluran
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan sosial Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan belajar Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan karir Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan sosial Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan belajar

Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan karir

(9)
(10) (11) (12) (9) (10) (11) (12)
4. Layanan Penguasaan Konten Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi
Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sosial
Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan dan penguasaan bahan belajar
Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir
Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi
Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sosial
Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan dan penguasaan bahan belajar
Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir

(13) (14) (15) (16) (13) (14) (15) (16)
5. Layanan Konseling Perorangan Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan dan hasil belajar Masalah pribadi: dalam pengembangan karir Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan dan hasil belajar
Masalah pribadi: dalam pengembangan karir
(17) (18) (19) (20) (17) (18) (19) (20)
6. Layanan Bimbingan Kelompok Topik tentang: Kemampuan dan kondisi pribadi
Topik tentang: Kemampuan dan kondisi hubungan sosial Topik tentang: Kemampuan, kegiatan dan hasil belajar
Topik tentang: Kemampuan dan arah karir
Topik tentang: Kemampuan dan kondisi pribadi
Topik tentang: Kemampuan dan kondisi hubungan sosial Topik tentang: Kemampuan, kegiatan dan hasil belajar Topik tentang: Kemampuan dan arah karir

(21) (22) (23) (24) (21) (22) (23) (24)
7. Layanan Konseling Kelompok Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi
Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan belajar Masalah pribadi: dalam pengembangan karir Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi
Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan belajar Masalah pribadi: dalam pengembangan karir
(25) (26) (27) (28) (25) (26) (27) (28)
8. Layanan Konsultasi Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan sosial Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan belajar Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan karir Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan sosial Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan belajar Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan karir
(29) (30) (31) (32) (29) (30) (31) (32)
9. Layanan Mediasi --- Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih --- --- --- Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih
--- ---
(33) (34) (35) (36) (33) (34) (35) (36)
10. Aplikasi Instrumentasi Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah pribadi peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah hubungan sosial peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah belajar peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah karir peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah pribadi peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah hubungan sosial peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah belajar peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah karir peserta didik

(37) (38) (39) (40) (37) (38) (39) (40)
11. Himpunan Data Data perkembangan, kondisi dan lingkungan diri pribadi Data perkembangan, kondisi hubungan dan lingkungan sosial Data kemampuan, kegiatan dan hasil belajar Data kemampuan, arah dan persiapan karir Data perkembangan, kondisi dan lingkungan diri pribadi Data perkembangan, kondisi hubungan dan lingkungan sosial
Data kemampuan, kegiatan dan hasil belajar Data kemampuan, arah dan persiapan karir
(41) (42) (43) (44) (41) (42) (43) (44)
12. Konferensi Kasus Pembahasan kasus-kasus masalah pribadi tertentu yang dialami peseta didik


Pembahasan kasus-kasus masalah sosial tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus masalah belajar tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus masalah karir tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus masalah pribadi tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus masalah sosial tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus masalah belajar tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus masalah karir tertentu yang dialami peseta didik


(45) (46) (47) (48) (45) (46) (47) (48)
13. Kunjungan Rumah Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah pribadi
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah sosial
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah belajar
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah karir
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah

(49) (50) (51) (52) (49) (50) (51) (52)
14. Tampilan Kepustakaan Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kehidupan pribadi Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kemampuan sosial Bacaan dan rekaman tentang kemampuan dan kegiatan belajar Bacaan dan rekaman tentang arah dan kehidupan karir Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kehidupan pribadi Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kemampuan sosial Bacaan dan rekaman tentang kemampuan dan kegiatan belajar Bacaan dan rekaman tentang arah dan kehidupan karir
(53) (54) (55) (56) (53) (54) (55) (56)
15. Alih Tangan Kasus Pendalaman penanganan masalah pribadi Pendalaman penanganan masalah sosial Pendalaman penanganan masalah belajar Pendalaman penanganan masalah karir Pendalaman penanganan masalah pribadi Pendalaman penanganan masalah sosial Pendalaman penanganan masalah belajar Pendalaman penanganan masalah karir
(57) (58) (59) (60) (57) (58) (59) (60)


Kota Sahabat, 15 Juli 2006
Konselor

Ttd

Asti Cantika



Lampiran 2c : Contoh Program Bulanan Pelayanan Konseling

PROGRAM BULANAN
PELAYANAN KONSELING

SEKOLAH/MADRASAH : SMA I Perdana SEMESTER : I
KELAS : XI IPA 2 BULAN : Juli-Desember 2006
KONSELOR : Asti Cantika


No
Kegiatan Materi Bidang Pengembangan
Semester I (Juli-Desember 2006)
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Layanan Orientasi Fasilitas olahraga dan rekreasi
Lingkungan sosial Fasilitas perpustakaan; laboratorium Lingkungan alam Lingkungan sekitar sekolah Lingkungan budaya; kerja
(1) (2) (3) (1) (2) (4)
2. Layanan Informasi Penjurusan di SMA Informasi karir terkait dengan jurusan di SMA
Informasi potensi diri Informasi perkembagan diri Informasi kegiatan belajar Informasi hasil sosiometri
(5) dan (8) (8) (5) (5) (7) (6)
3. Layanan Penempatan/Penyaluran Penempatan/penya-luran sesuai kebutuhan siswa
Penempatan/penya-luran sesuai kebutuhan siswa Penempatan/penya-luran sesuai kebutuhan siswa Penempatan/penya-
luran sesuai kebutuhan siswa Penempatan/penya-
luran sesuai kebutuhan siswa Penempatan/penya-
luran sesuai kebutuhan siswa
(9,10, 11) (9,10, 11) (9,10, 11) (9,10, 11) (9,10, 11, 12) (9,10, 11, 12)
4. Layanan Penguasaan Konten Kompetensi dan kebiasaan kehidupan pribadi/sosial
Kompetensi dan kebiasaan kehidupan pribadi/sosial Kompetensi dan kemampuan kebiasaan kegiatan belajar Kompetensi dan kebiasaan kegiatan belajar Kompetensi dan kebiasaan kegiatan belajar Kompetensi dan kebiasaan kehidupan karir
(13, 14) (13, 14) (15) (15) (15) (16)
5. Layanan Konseling Perorangan
Masalah pribadi Masalah pribadi Masalah pribadi Masalah pribadi Masalah pribadi Masalah pribadi



(17, 18, 19, 20) (17, 18, 19, 20) (17, 18, 19, 20) (17, 18, 19, 20) (17, 18, 19, 20) (17, 18, 19, 20)
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Topik tentang: Tahun ajaran baru Topik tentang: Kemampuan diri Topik tentang: Kemampuan sosial Topik tentang: Kegiatan belajar Topik tentang: Hasil belajar Topik tentang: Arah karir
(21, 22, 23) (21) (22) (23) (23) (24)
7. Layanan Konseling Kelompok Masalah pribadi/sosial/belajar/karir Masalah pribadi/sosial/belajar/karir Masalah pribadi/sosial/belajar/karir Masalah pribadi/sosial/belajar/karir Masalah pribadi/sosial/belajar/karir Masalah pribadi/sosial/belajar/karir
(25, 26, 27, 28) (25, 26, 27, 28) (25, 26, 27, 28) (25, 26, 27, 28) (25, 26, 27, 28) (25, 26, 27, 28)
8. Layanan Konsultasi
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik
(29, 30, 31, 32) (29, 30, 31, 32) (29, 30, 31, 32) (29, 30, 31, 32) (29, 30, 31, 32) (29, 30, 31, 32)
9. Layanan Mediasi
Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih
Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih
(31, 34, 35, 36) (31, 34, 35, 36) (31, 34, 35, 36) (31, 34, 35, 36) (31, 34, 35, 36) (31, 34, 35, 36)
10. Aplikasi Instrumentasi
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik

(37, 38, 39, 40) (37, 38, 39, 40) (37, 38, 39, 40) (37, 38, 39, 40) (37, 38, 39, 40) (37, 38, 39, 40)
11. Himpunan Data Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/belajar/ karir
Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/belajar/ karir
Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/belajar/ karir
Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/belajar/ karir
Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/belajar/ karir
Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/belajar/ karir
(41,42, 43, 44) (41,42, 43, 44) (41,42, 43, 44) (41,42, 43, 44) (41,42, 43, 44) (41,42, 43, 44)
12. Konferensi Kasus
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peseta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peseta didik

(45, 46, 47, 48) (45, 46, 47, 48) (45, 46, 47, 48) (45, 46, 47, 48) (45, 46, 47, 48) (45, 46, 47, 48)
13. Kunjungan Rumah
Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/karir.
Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/karir.
Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/karir.
Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/karir.
Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/karir.
Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/karir.

(49, 50, 51, 52) (49, 50, 51, 52) (49, 50, 51, 52) (49, 50, 51, 52) (49, 50, 51, 52) (49, 50, 51, 52)
14. Tampilan Kepustakaan Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/belajar/karir
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/belajar/karir Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/belajar/karir Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/belajar/karir Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/belajar/karir Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/belajar/karir
(53, 54, 55, 56) (53, 54, 55, 56) (53, 54, 55, 56) (53, 54, 55, 56) (53, 54, 55, 56) (53, 54, 55, 56)
15. Alih tangan Kasus Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/belajar/karir
Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/belajar/karir
Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/belajar/karir
Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/belajar/karir
Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/belajar/karir
Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/belajar/karir

(57, 58, 59, 60) (57, 58, 59, 60) (57, 58, 59, 60) (57, 58, 59, 60) (57, 58, 59, 60) (57, 58, 59, 60)


Kota Sahabat, 15 Juli 2006
Konselor

Ttd

Asti Cantika


Lampiran 2 d : Contoh Program Mingguan Pelayanan Konseling

PROGRAM MINGGUAN
PELAYANAN KONSELING

SEKOLAH/MADRASAH : SMA I Perdana BULAN : Juli 2006
KELAS : XI IPA 1, XI IPA 2 MINGGU : IV (24-29 Juli 2006)
XI IPS 1, XI IPS 2 KONSELOR : Asti Cantika
No Kegiatan Materi Bidang Pengembangan
Pribadi Sosial Belajar Karir
1 2 3 4 5 6
1. Layanan Orientasi - - - -
2. Layanan Informasi - - Penjurusan bagi siswa SMA
(8)
3. Layanan Penempatan/Penyaluran - - - -
4. Layanan Penguasaan Konten - - - -
5. Layanan Konseling Perorangan Masalah Kehidupan pribadi*)
(17) Masalah hubungan sosial*)
(18) Masalah belajar*)
(19) Masalah karir*)
(20)
6. Layanan Bimbingan Kelompok - Teman baru
(22) Memasuki tahun ajaran baru
(27)
7. Layanan Konseling Kelompok Masalah kehidupan pribadi*)
(17) Masalah hubungan sosial*)
(18) Masalah belajar*)
(19) Masalah karir*)
(20)
8. Layanan Konsultasi - - - -
9. Layanan Mediasi - - - -
10. Aplikasi Instrumentasi Pengungkapan masalah**) Pengungkapan masalah**) Pengungkapan masalah**) Pengungkapan masalah**)
(37, 38, 39, 40) (37, 38, 39, 40) (37, 38, 39, 40) (37, 38, 39, 40)
11. Himpunan Data
12. Konferensi Kasus - - - -
13. Kunjungan Rumah - - - -
14.
Tampilan Kepustakaan ***) ***) ***) ***)
15. Alih Tangan Kasus - - - -

Lampiran 3 : Contoh Rencana Program Harian Pelayanan Konseling

PROGRAM HARIAN
PELAYANAN KONSELING

• Satuan Layanan (SATLAN)
• Satuan Kegiatan Pendukung (SATKUNG)

No. Tanggal/
Waktu Jam
Pemb Sasaran Kegiatan Kegiatan
Layanan/Pendukung Materi Kegiatan Alat Bantu Tempat Pelaksana Keterangan
1 2 3 5 4 6 7 8 9
1. 24 Juli 2006
10.00–11.30 2 Kelas XI IPA 1 Aplikasi intrumentasi Pengungkapan masalah umum AUM Umum Format SLTA Ruang kelas XI IPA 1 Konselor Hasil langsung diolah melalui program komputer
(37, 38, 39, 40)
2. 24 Juli 2006
11.45–13.15 2 Kelas XI IPA 2 Aplikasi intrumentasi Pengungkapan masalah umum AUM Umum Format SLTA Ruang kelas XI IPA 2 Konselor Hasil langsung diolah melalui program komputer
(37, 38, 39, 40)
3. 25 Juli 2006
10.15–11.45 2 Kelas XI IPS 1 Aplikasi intrumentasi Pengungkapan masalah umum AUM Umum Format SLTA Ruang kelas XI IPS 1 Konselor Hasil langsung diolah melalui program komputer
(37, 38, 39, 40)
4. 25 Juli 2006
11.45–13.15 2 Kelas XI IPS 2 Aplikasi intrumentasi Pengungkapan masalah umum AUM Umum Format SLTA Ruang kelas XI IPS 2 Konselor Hasil langsung diolah melalui program komputer
(37, 38, 39, 40)
5. 26 Juli 2006
10.00–11.30 2 Kelas XI IPA 1 Layanan Informasi Penjurusan bagi siswa SMA Film tentang kegiatan praktikum di laboratorium Kelas XI IPA 1 Konselor Layanan pertama secara klasikal
(5), (6), (7), (8)
6. 26 Juli 2006

16.00- ... 2 Klp. I/XI IPA 2
Andika,Restysari,
Canggih, Pandu, Halim, Nia, Asti, Lisa, Tuti, SugI Layanan Bimbingan Kelompok
Memasuki tahun ajaran baru KTSP Kelas XI SMA dan buku wajib Ruang Perpustakaan sekolah Konselor dan Wali kelas XI IPA 2 Layanan kelompok pertama
(27)
7. 26 Juli 2006
16.00- ... 2 Buletin AH
Layanan Konseling Perorangan*) - Ruang Konseling Konselor -
(19)
8. 27 Juli 2006

16.00- ...

2





Klp. II/XI IPA 2
Anisaa, Dedy, Meutia Sari, Boyke, Baby Ine, Yory, Romez, Winnie, Dony, Mesra M. Layanan Bimbingan Kelompok
Memasuki tahun ajaran baru KTSP Kelas XI SMA dan buku wajib Ruang Perpustakaan sekolah Konselor dan Wali kelas XI IPA 2 Layanan kelompok pertama
9. 28 Juli 2006
16.00 - ... 2 Klp. I/XI IPA 1
Afizah,
Rahma,
Nabila,
Ical, aril,
Bagas,
Ano, adi,
Upik,
Alexander Layanan Konseling Kelompok Bakat untuk memasuki jurusan IPA *) KTSP Kelas XI SMA dan buku wajib Ruang Konseling Kelompok Konselor dan Wali Kelas XI IPA 1 Kelompok membahas masalah pribadi seorang anggota kelompok
(29)
10. 29 Juli 2005
15.00 - ... 2 Sandra Layanan Konseling Perorangan *) *) - Ruang Konseling Konselor -
(19)
11. 29 Juli 2005

16.00 - ... 2 Klp. II/XI IPA 1
Bintang, Wulan, Candra, Alifa, Kartika, Dinda, Nana, Yuri, Putri, Zamris Layanan Bimbingan Kelompok
Memasuki tahun ajaran baru KTSP Kelas XI SMA dan buku wajib Ruang Perpustakaan sekolah Konselor dan Wali kelas XI IPA 1 Layanan kelompok pertama































Lampiran 4 : Contoh Lapelprog
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM
PELAYANAN KONSELING





No. Tanggal Kegiatan Jam
Pemb. Sasaran Kegiatan Kegiatan Layanan/Pendukung Materi Kegiatan Evaluasi
Hasil Proses
1. 24 Juli 2006
10.00–11.30 2 Kelas XI IPA 1 Aplikasi intrumentasi Pengungkapan masalah umum • Laiseg: Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasil-hasilnya
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; lembar jawaban diolah dan hasilnya akan disampaikan kepada siswa seminggu kemudian

2. 24 Juli 2006
11.45–13.15 2 Kelas XI IPA 2 Aplikasi intrumentasi Pengungkapan masalah umum • Laiseg: Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasil-hasilnya
Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; seorang siswa tidak hadir; lembar jawaban diolah dan hasilnya akan disampaikan seminggu kemudian kepada siswa.

3. 25 Juli 2006
10.15–11.45 2 Kelas XI IPS 1 Aplikasi intrumentasi Pengungkapan masalah umum • Laiseg: Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasil-hasilnya
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; siswa banyak bertanya; lembar jawaban diolah dan hasilnya disampaikan kepada siswa seminggu kemudian

4. 25 Juli 2006
11.45–13.15 2 Kelas XI IPS 2 Aplikasi intrumentasi Pengungkapan masalah umum • Laiseg: Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasil-hasilnya
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; seorang siswa terlambat sehingga diberi waktu tersendiri; lembar jawaban diolah dan hasilnya disampaikan kepada siswa seminggu kemudian.

5. 26 Juli 2006
10.15–11.45
2 Kelas XI IPA 1 Layanan Informasi Penjurusan bagi siswa SMA • Laiseg: Siswa memahami arah penjurusan
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian Penyajian disertai diskusi dengan partisipasi aktif siswa



6


26 Juli 2006

16.00-17.15


2


Klp. I/XI IPA 2
Andika,Restysari,
Canggih, Pandu, Halim, Nia, Asti, Lisa, Tuti, SugI



Layanan Bimbingan kelompok



Memasuki tahun ajaran baru


• Laiseg: Anggota kelompok memahami tuntutan kelas baru
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian


Siswa gembira mengikutinya; kekurangan waktu karena hari semakin sore; kesempatan berikutnya membahas topik lain.
7. 26 Juli 2006
16.00 – 17.30 2 Buletin AH Layanan Konseling perorangan Kemampuan melanjutkan pelajaran • Laiseg: Siswa dengan senang hati memahami dan berupaya memenuhi tuntutan menjalani kelas XI IPA di SMA
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian Agak terganggu oleh suasana di luar ruangan konseling; kesempatan berikutnya membahas masalah siswa lain.
8. 27 Juli 2006-16.00-17.30 2 Klp. II/XI IPA 2
Anisaa, Dedy, Meutia Sari, Boyke, Baby Ine, Yory, Romez, Winnie, Dony, Mesra M. Layanan Bimbingan Kelompok Memasuki tahun ajaran baru • Laiseg: Anggota kelompok memahami tuntutan kelas baru
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian Siswa gembira mengikutinya; kekurangan waktu karena hari semakin sore; kesempatan berikutnya membahas topik lain.
9. 28 Juli 2006
16.00 – 17.40 2 Klp. I/XI IPA 1
Afizah, rahma,
Nabila, Ical, aril,
Bagas, Ano, adi, upik, Alexander Layanan Konseling Kelompok Bakat untuk memasuki jurusan IPA • Laiseg: Siswa tidak perlu ragu tentang kecocokan dirinya untuk jurusan IPA
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Anggota kelompok secara aktif memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi siswa yang masalahnya dibahas. Kesempatan berikutnya membahas masalah siswa lain.
10. 29 Juli 2006
15.00 – 16.30 2 Sandra Layanan Konseling Perorangan Pindah kelas • Laiseg: Siswa menunda kependahannya serta memahami dan berupaya memenuhi tuntutan menjalani kelas XI IPA di SMA
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian Agak terganggu oleh suasana di luar ruangan konseling; perlu bicara dengan orang tua.
11. 29 Juli 2005

16.00-17.15 2 Klp. II/XI IPA 1
Bintang, Wulan, Candra, Alifa, Kartika, Dinda, Nana, Yuri, Putri, Zamris
Layanan Bimbingan Kelopmpok Memasuki tahun ajaran baru • Laiseg: Siswa tidak perlu ragu tentang kecocokan dirinya untuk jurusan IPA
• Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian Siswa antusias; mereka banyak menampilkan pengalaman pribadi. Kesempatan berikutnya membahas topik lain.

Lampiran 5
Volume Kegiatan Mingguan
Pelayanan Konseling


1. Volume kegiatan mingguan konselor disusun dengan memper-hatikan :

a. Peserta didik yang diasuh seorang konselor : 150 orang

b. Jumlah jam pembelajaran wajib : sesuai peraturan yang
berlaku

c. Satu kali kegiatan layanan atau pendukung
konseling ekuivalen dengan : 2 jam pembelajaran

2. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas kegiatan mingguan seorang konselor minimal berupa 9 (sembilan) kali kegiatan (layanan atau pendukung) tiap-tiap satu minggu

3. Semua kegiatan (minimal) mingguan tersebut secara langsung ditujukan kepada seluruh peserta didik (150 orang) yang diasuh konselor.

4. Semua kegiatan (minimal) mingguan tersebut diselenggarakan di dalam kelas/sewaktu jam pembelajaran berlangsung dan atau di luar kelas/di luar jam pembelajaran.

5. Kegiatan pelayanan konseling, baik berupa layanan maupun pendukungnya, yang diselenggarakan di dalam maupun di luar jam pembelajaran dalam satu minggu dihitung ekuivalensinya dengan jam pembelajaran mingguan.










Lampiran 6: Jenis dan Frekwensi Layanan yang Diterima Peserta Didik

LAYANAN KONSELING
YANG DITERIMA PESERTA DIDIK


SEKOLAH/MADRASAH: SMA I Perdana SEMESTER : II (Januari-Juni 2006)
KELAS : X 5 KONSELOR : Afif Putra Zaman

Jenis Layanan
Orien
tasi Infor
masi Penem/
peny Peng
kont Kons peror Bimb klp Kons klp Konsul
tasi Medi
asi Jml
1 Amir Hardiman 05161 1 4 1 5 1 2 2 - - 16
2 Arnoldi 05162 - 3 2 3 - 1 2 - - 11
3 Asma Munir 05163 1 4 1 5 - 2 2 - - 15
4 Asri Asih 05164 1 4 - 5 - 2 1 - - 13
5 Azimat Kurnia 05165 1 4 - 5 2 2 1 - - 15
6 Bagir Firmansyah 05166 1 4 1 5 - 2 1 - - 14
7 Bagus Hutajulu 05167 1 4 1 5 1 2 2 - - 16
8 Charles Darmawan 05168 1 3 2 4 2 2 2 - 16
9 Daeng Dodi Dermawan 05169 1 4 1 4 - 2 2 - 1 15
10 Darius Manca 05170 1 4 1 5 - 2 1 - 1 15
11 Daulat Romy 05171 1 4 1 5 - 2 1 - - 14
12 Goza Imas 05172 1 4 1 5 1 2 2 - - 16
13 Han Ping Sun 05173 1 4 1 5 1 1 2 - - 15
14 Jajang Jawara 05174 1 4 - 5 - 2 2 - - 14
15 Jaman Tiarno 05175 - 4 1 5 2 2 2 - - 16
16 Jayeng Jayakersa 05176 1 1 - 5 1 1 1 - - 10
17 Kusnadi 05177 1 4 - 5 1 2 2 - - 15
18 Laris Juwita 05178 1 4 - 5 1 2 1 - 1 15
19 Lintang Suminar 05179 1 4 - 5 2 2 1 - - 15
20 Lolong Edi Cahaya 05180 1 4 1 5 1 2 2 - 1 17
21 Lusiana 05181 1 4 2 5 1 2 2 - - 17
22 Mahmud Kiram 05182 1 4 1 5 1 1 2 - - 15
23 Marcus Domigus Ard 05183 - 4 1 5 1 2 1 - - 14
24 Osa Malik 05184 1 4 1 5 - 2 2 - - 15
25 Prajamuda Edi 05185 1 4 - 5 - 2 2 - - 14
26 Pupung Is 05186 1 4 1 5 1 2 2 - - 16
27 Rekso Wibowo 05187 1 4 1 5 1 2 2 - - 16
28 Rustandi 05188 1 4 1 5 1 1 2 1 - 16
29 Simon Talaudi 05189 1 4 1 5 2 1 2 - - 16
30 Susiati 05190 1 4 1 5 - 2 1 - - 14
31 Sutarti 05191 1 3 1 3 - 2 1 - - 11
32 Sutarto Audiro 05192 1 4 1 5 1 1 1 - - 14
33 Tresno Jatidiri 05193 1 4 3 5 - 1 2 - - 16
34 Usahadi Kayo 05194 1 4 1 5 1 2 2 1 - 17
35 Wayan Sutresna 05195 1 3 1 5 1 2 2 - - 15
36 Yuli Esiani 05196 1 4 1 4 1 2 2 - - 15




Lampiran 7 : Contoh Laporan Nilai Hasil Kegiatan Layanan Konseling

NILAI HASIL
LAYANAN KONSELING

SEKOLAH/MADRASAH: SMA I Perdana SEMESTER : II (Januari-Juni 2006)
KELAS : X 5 KONSELOR : Afif Putra Zaman

No. N a m a NIS Nilai Keterangan
1. Amir Hardiman 05161 A -
2. Arnoldi 05162 B PK
3. Asma Munir 05163 B -
4. Asri Asih 05164 A -
5. Azimat Kurnia 05165 A -
6. Bagir Firmansyah 05166 A -
7. Bagus Hutajulu 05167 A -
8. Charles Darmawan 05168 A -
9. Daeng Dodi Dermawan 05169 A -
10. Darius Manca 05170 A -
11. Daulat Romy 05171 A -
12. Goza Imas 05172 A -
13. Han Ping Sun 05173 A -
14. Jajang Jawara 05174 B -
15. Jaman Tiarno 05175 A -
16. Jayeng Jayakersa 05176 B -
17. Kusnadi 05177 A -
18. Laris Juwita 05178 A -
19. Lintang Suminar 05179 A -
20. Lolong Edi Cahaya 05180 A -
21. Lusiana 05181 A -
22. Mahmud Kiram 05182 B -
23. Marcus Domigus Ard 05183 A -
24. Osa Malik 05184 A -
25. Prajamuda Edi 05185 A -
26. Pupung Is 05186 A -
27. Rekso Wibowo 05187 B -
28. Rustandi 05188 A -
29. Simon Talaudi 05189 B -
30. Susiati 05190 B -
31. Sutarti 05191 B PK
32. Sutarto Audiro 05192 A -
33. Tresno Jatidiri 05193 A -
34. Usahadi Kayo 05194 A -
35. Wayan Sutresna 05195 A -
36. Yuli Esiani 05196 A -

Keterangan: Kota Sahabat, 10 Juni 2006
• Penilaian difokuskan pada kehadiran siswa dalam
pelaksanaan pelayanan konseling dan hasil laiseg,
laijapen dan laijapang.
• Nilai yang diberikan hanya ada dua kategori :
Nilai A berarti memuaskan
Nilai B berarti memadai
• Kolom keterangan diisi PK (perhatian khusus) apabila
siswa yang bersangkutan masih perlu mendapat
perhatian khusus.

• Penilaian ini bersifat pengembangan dan tidak untuk menentukan kenaikan kelas

Lampiran 8 : Rincian Kewajiban Konselor

KONSELOR YANG BERTUGAS DI SEKOLAH/MADRASAH DIWAJIBKAN MENGUASAI DAN MENYELENGGARAKAN HAL-HAL BERIKUT:
1. Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional konseling
a. Konselor menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, yaitu pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, dan pelayanan teraputik.
1) Pelayanan dasar dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik.
2) Pelayanan pengembangan dimaksudkan mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik peserta didik akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengembangan bagi peserta didik. Di sekolah/madrasah, konselor, guru, dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap peserta didik.
3) Pelayanan teraputik dimaksudkan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir, serta kehidupan keberagamaan. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, konselor memiliki peran dominan. Peran konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar dan pengembangan.

b. Konselor menguasai spektrum pelayanan profesional konseling, meliputi:
1) Wawasan keilmuan, keterampilan keahlian, kode etik, dan organisasi profesi konseling.
2) Paradigma, visi dan misi pelayanan konseling
3) Bidang pelayanan konseling
4) Fungsi, prinsip, dan asas konseling
5) Jenis layanan, kegiatan pendukung, dan format pelayanan konseling
6) Operasionalisasi kegiatan konseling terhadap berbagai sasaran pelayanan

2. Merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah/madrasah, sejawat pendidik, dan orang tua
a. Sejak awal bertugas di sekolah/madrasah, konselor merumuskan secara konkrit dan jelas tugas dan kewajiban profesionalnya dalam pelayanan konseling, meliputi:
1) Struktur pelayanan konseling
2) Program pelayanan konseling
3) Pengelolaan program pelayanan konseling
4) Evaluasi hasil dan proses pelayanan konseling
5) Tugas dan kewajiban pokok konselor.
b. Hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a dijelaskan kepada peserta didik, pimpinan, dan sejawat pendidik di sekolah/madrasah, dan orang tua secara profesional dan proporsional.

3. Melaksanakan tugas pelayanan profesional konseling yang setiap kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik.
a. Unsur-unsur pokok dalam tugas pelayanan konseling di sekolah/madrasah:
1) Jumlah peserta didik yang diasuh seorang konselor 150 orang. Konselor wajib memberikan pelayanan konseling kepada seluruh peserta didik yang diasuhnya sesuai kebutuhan dan masalah masing-masing.
2) Program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan kegiatan harian pelayanan konseling. Program-program ini disusun secara proporsional dan berkesinambungan antarkelas dan antar jenjang kelas di sekolah/madrasah.
3) SATLAN, SATKUNG, dan LAPELPROG. Seluruh program kegiatan direncanakan, dilaksanakan, dilaporkan secara tertulis dan didokumentasikan.
4) Pelayanan terhadap masing-masing peserta didik yang diasuh sebanyak minimal 10 (sepuluh) kali kegiatan pelayanan konseling setiap semester. Konselor melayani seluruh peserta didik asuhannya; tanpa kecuali.
5) Jumlah jam pembelajaran wajib pelayanan konseling seminggu ekuivalen dengan jam pembelajaran wajib guru. Jumlah jam pembelajaran wajib ini dihitung perbulan dengan menggunakan Format Perhitungan Jam Kegiatan Pelayanan Konseling di Sekolah/Madrasah.
b. Tugas yang mengandung unsur-unsur pokok sebagaimana tersebut di atas merupakan “perjanjian kerja” yang wajib dilaksanakan oleh konselor dan secara berkala dipertanggungjawabkan kepada pimpinan sekolah/madrasah.

4. Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan pelayanan profesional konseling
a. Hal-hal berikut ini perlu dicegah untuk tidak terjadi atau tidak dilakukan oleh konselor:
1) Tercerderainya asas kerahasiaan, karena konselor secara langsung ataupun tidak langsung mengemukakan hal-hal berkenaan dengan diri peserta didik yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
2) Memberikan label kepada peserta didik, baik perorangan maupun kelompok, dengan cara apapun, yang berkonotasi negatif terhadap peserta didik yang bersangkutan.
3) Bertindak laksana “polisi sekolah” yang memata-matai ataupun mencari-cari kesalahan peserta didik, seperti bertindak sebagai piket keamanan, perazzia, pencari pencuri. Dalam hal ini, konselor dapat menerima peserta didik yang terjaring dalam kegiatan “kepolisian sekolah” yang dilakukan oleh pihak lain, untuk mendapatkan pelayanan konseling.
4) Membuat ataupun menyetujui dibuatnya “surat perjanjian” dengan peserta didik yang berkonotasi atau berakhir pada sanksi ataupun hukuman tertentu. Dalam hal ini, konselor dapat menerima peserta didik yang telah membuat perjanjian dengan pihak lain, untuk mendapatkan pelayanan konseling agar terhindar dari sanksi ataupun hukuman sebagaimana dinyatakan dalam “surat perjanjian”.
5) Kondisi tempat ataupun ruang kerja konselor yang dapat mengganggu kesukarelaan, ketenangan, dan terjaminnnya kerahasiaan peserta didik yang datang kepada konselor untuk mendapatkan pelayanan konseling.
b. Hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a sejak awal disampaikan oleh konselor kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, sejawat pendidik, dan pimpinan sekolah/madrasah untuk mendapatkan dukungan dan faslitas dalam mewujudkannya.


5. Mengembangkan kemampuan profesional konseling secara berkelanjutan
a. Pengembangan kemampuan profesional konselor dapat dilaksanakan melalui:
1) Pengawasan kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah, baik yang dilaksanakan secara interen oleh pimpinan sekolah/madrasah, maupun oleh Pengawas Sekolah Bidang Konseling.
2) Diskusi profesional yang diikuti oleh para konselor sekolah/madrasah (dalam satu sekolah/madrasah ataupun antarsekolah/madrasah) untuk membahas kasus-kasus peserta didik.
3) Partisipasi dalam kegiatan keorganisasian profesi konseling
4) Pendidikan dalam-jabatan (seperti penataran) dan pendidikan lanjutan dalam bidang konseling.
5) Kegiatan dalam rangka kredensialisasi untuk sertifikasi, akreditasi, dan atau lisensi dalam bidang konseling.

b. Untuk terlaksananya hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a konselor membicarakannya dengan pimpinan sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain berkenaan dengan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pelaporannya.


CONTOH ISIAN FORMAT
PERHITUNGAN JAM KEGIATAN
PELAYANAN KONSELING DI SEKOLAH/MADRASAH

SEKOLAH/MADRASAH : SMA 1 Perdana BULAN : Juli 2006
KELAS : XI IPA 1, XI IPA 2 KONSELOR : Asti Cantika
XI IPS 1, XI IPS 2

No Jenis Kegiatan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Jumlah
Frek Ek.Jp Frek Ek.Jp Frek Ek.Jp Frek Ek.Jp Frek Ek.Jp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Layanan Orientasi *) *) *) *) **) **) - - - -
2. Layanan Informasi *) *) *) *) **) **) 1 2 1 2
3. Layanan Penempatan/Penyaluran *) *) *) *) **) **) - - - -
4. Layanan Penguasaan Konten *) *) *) *) **) **) - - - -
5. Layanan Konseling Perorangan *) *) *) *) **) **) 2 4 2 4
6. Layanan Bimbingan Kelompok *) *) *) *) **) **) 3 6 3 6
7. Layanan Konseling Kelompok *) *) *) *) **) **) 1 2 1 2
8. Layanan Konsultasi *) *) *) *) **) **) - - - -
9. Layanan Mediasi *) *) *) *) **) **) - - - -
10. Aplikasi Instrumentasi *) *) *) *) **) **) 4 8 4 8
11. Konferensi Kasus *) *) *) *) **) **) - - - -
12. Kunjungan Rumah *) *) *) *) **) **) - - - -
Jumlah - - - - - - 11 22 11 22

Rata-rata perminggu: ∑ JP/4 = 22/1 = 22 JP

Keterangan :
--- Kegiatan pendukung Himpuan Data, Tampilan Kepustakaan, dan Alih
Tangan Kasus tidak diperhitungkan ke dalam jam pembelajaran
--- Frek = Frekuensi banyaknya kegiatan layanan/pendukung
--- JP = Jam Pembelajaran
--- Ek.Jp = Ekuivalensi Jam Pembelajaran

Lampiran 9 b

CONTOH ISIAN FORMAT
PERHITUNGAN JAM KEGIATAN
P E L A Y A N A N K O N S E L I N G DI SEKOLAH/MADRASAH
SEKOLAH/MADRASAH : SMA 1 Perdana BULAN : Agustus 2006
KELAS : XI IPA 1, XI IPA 2 KONSELOR : Asti Cantika
: XI IPS 1, XI IPS 2
No. Jenis Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Jumlah
I II III IV
Frek Ek.Jp Frek Ek.Jp Frek Ek.Jp Frek Ek.Jp Frek Ek.Jp
1 Layanan Orientasi 1 2 1 2 1 2 1 2 4 8
2 Layanan Informasi 2 4 4 8 2 4 4 8 12 24
3 Layanan Penempatan/Penyaluran 1 2 1 2 - - 3 6 5 10
4 Layanan Penguasaan Konten 3 6 2 4 2 4 3 6 10 20
5 Layanan Konseling Perorangan 2 4 3 6 1 2 1 2 7 14
6 Layanan Bimbingan Kelompok 2 4 2 4 2 4 2 4 8 16
7 Layanan Konseling Kelompok 2 4 2 4 2 4 2 4 8 16
8 Layanan Konsultasi 1 2 - - - - - - 1 2
9 Layanan Mediasi - - - - 1 2 - - 1 2
10 Aplikasi Instrumentasi - - - - - - - - - -
11 Konferensi Kasus - - - - - - - - - -
12 Kunjungan Rumah - - - - - - - - - -
Jumlah 14 28 15 30 11 22 16 32 56 112

Rata-rata per minggu : JP/4 = 112/4 = 28 JP


Keterangan: Kota Sahabat, 4 September 2006
--- Kegiatan pendukung Himpunan Data, Tampilan Kepustakaan, dan Alih Tangan Kasus tidak diperhitungkan ke dalam jam pembelajaran Konselor

Ttd
--- Frek = Frekkuensi banyaknya kegiatan layanan/pendukung dilaksanakan (Asti Cantika)
--- PJ = Jam Pembelajaran



Lampiran 10: Rambu-rambu Rencana Kegiatan Ekstra Kurikuler


ISI RENCANA KEGIATAN


1. Jenis kegiatan 1)

2. Waktu kegiatan 2)

3. Sasaran: peserta didik yang akan dikenai kegiatan3)

4. Rangkaian kegiatan 4)

5. Tempat kegiatan: sekolah/madrasah sendiri, dan atau sekolah/ madrasah yang menyelenggarakan kegiatan yang sama, dan atau tempat lain.

6. Peralatan yang digunakan: sesuai dengan karakteristik jenis kegiatan.

7. Pelaksana: pelaksana utama dan pihak-pihak lain yang terlibat.

8. Pengorganisasian kegiatan 5)



Keterangan:

1) Pilih salah satu jenis kegiatan ekstra kurikuler yang akan diselenggarakan: Kepramukaan, LKDS, PMR, Paskibraka, KIR, Lomba/keberbakatan/pretasi olahraga, seni dan budaya, teater, cinta alam, jurnalistik, keagamaan, seminar, lokakarya.

2) Sesuai dengan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud.

3) Peserta didik yang dikenai kegiatan ekstra kurikuler dapat berasal dari satu atau dari sejumlah sekolah/madrasah.

4) Rangkaian kegiatan disesuaikan karakteristik jenis kegiatan kurikuler.

5) Sesuai dengan karakteristik jenis kegiatan ekstra kurikuler. Jika diperlukan dapat dibentuk kepanitiaan tersendiri.










Lampiran 11: Rambu-rambu Pelaksanaan Kegiatan Ekstra Kurikuler




ISI PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Rekrutmen peserta kegiatan 1)

2. Penyiapan perlengkapan dan peralatan: sesuai dengan tahap-tahap kegiatan.

3. Penyiapan pelaksana kegiatan.

4. Kegiatan awal: menyiapkan peserta untuk dapat melaksanakan kegiatan inti.

5. Kegiatan inti: sesuai dengan substansi untuk mencapai tujuan kegiatan.

6. Kegiatan akhir.

7. Evaluasi 2)



Keterangan:

1) Berdasarkan kebutuhan, potensi, bakat, dan atau minat peserta didik yang menjadi ciri khas dari jenis kegiatan ekstra kurikuler dimaksud.

2) Evaluasi terhadap hasil dan proses penyelenggaraan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan. Dalam evaluasi dihasilkan kualitas pencapaian peserta didik berkenaan dengan kegiatan yang dimaksud

















Lampiran 12: Rambu-rambu Laporan Kegiatan Ekstra Kurikuler




ISI LAPORAN KEGIATAN


1. Jenis kegiatan

2. Waktu kegiatan

3. Sasaran kegiatan

4. Tahap-tahap kegiatan

5. Hasil evaluasi: termasuk di dalamnya evaluasi hasil dan proses kegiatan

6. Faktor penunjang dan pendukung

7. Rekomendasi



Keterangan:

Laporan disampaikan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya.




















Lampiran 13: Contoh Laporan Keikutsertaan Peserta Didik dalam Kegiatan Ektra Kurikuler

KEIKUTSERTAAN PESERTA DIDIK
DALAM KEGIATAN EKTRA KURIKULER


SEKOLAH/MADRASAH: SMA I Perdana SEMESTER : II (Januari-Juni 2006)
KELAS : X 5 Penanggung Jawab : Ranti Juwita Hadi

Jenis Kegiatan
Pramuka LDKS PMR Paskibra KIR Lomba Semlok/
Pameran Jurna-
listik Lain-lain Jml
1 Amir Hardiman 05161 v - v - v - v v - 5
2 Arnoldi 05162 V v - v - v - v - 5
3 Asma Munir 05163 V - v - v v - - v 5
4 Asri Asih 05164 v v - V v - v v - 6
5 Azimat Kurnia 05165 - - - - - V V - V 3
6 Bagir Firmansyah 05166 V V - - - - V - - 3
7 Bagus Hutajulu 05167 - V - - - - V - V 3
8 Charles Darmawan 05168 V - - - - V V - - 3
9 Daeng Dodi Dermawan 05169 V - - V - - V - - 3
10 Darius Manca 05170 V - V - - - V V - 4
11 Daulat Romy 05171 - V - - V V - - - 3
12 Goza Imas 05172 V - - - - - V - - 2
13 Han Ping Sun 05173 V V - - - V V - - 4
14 Jajang Jawara 05174 - - - V V - V - - 3
15 Jaman Tiarno 05175 V V - - - V V - - 4
16 Jayeng Jayakersa 05176 V - V - - - V - - 3
17 Kusnadi 05177 V V - - - - V - - 3
18 Laris Juwita 05178 - - - - V V - V - 3
19 Lintang Suminar 05179 V - - V - - V - - 3
20 Lolong Edi Cahaya 05180 V - V - - - V - - 3
21 Lusiana 05181 V - - - V V V - - 4
22 Mahmud Kiram 05182 V - V - - - V - - 3
23 Marcus Domigus Ard 05183 V - - - - V V - - 3
24 Osa Malik 05184 V - V - - - V - - 3
25 Prajamuda Edi 05185 V V - - - V V - - 4
26 Pupung Is 05186 V - - V - - V - - 3
27 Rekso Wibowo 05187 V - - - - V V - - 3
28 Rustandi 05188 V - V - - - V - - 3
29 Simon Talaudi 05189 V V - - - V V - - 4
30 Susiati 05190 V - V - - - V - - 3
31 Sutarti 05191 V - V - - - V - - 3
32 Sutarto Audiro 05192 V V - - - V V - - 4
33 Tresno Jatidiri 05193 V - - - - - V - V 3
34 Usahadi Kayo 05194 V V - - - - V - - 3
35 Wayan Sutresna 05195 V V - - - - V - V 3
36 Yuli Esiani 05196 V V - - - V - - - 3


Lampiran 14: Contoh Nilai Peserta Didik dalam Kegiatan Ektra Kurikuler

NILAI PESERTA DIDIK
DALAM KEGIATAN EKTRA KURIKULER


SEKOLAH/MADRASAH: SMA I Perdana SEMESTER : II (Januari-Juni 2006)
KELAS : X 5 Penanggung Jawab : Ranti Juwita Hadi
Jenis Kegiatan
Pramuka LDKS PMR Paskibra KIR Lomba Semlok/
Pameran Jurnalistik Lain-lain Jml
1 Amir Hardiman 05161 A - B - B - A B - 5
2 Arnoldi 05162 C B - A - A - B - 5
3 Asma Munir 05163 B - A - B B - - A 5
4 Asri Asih 05164 A C - B B - A B - 6
5 Azimat Kurnia 05165 - - - - - A A - B 3
6 Bagir Firmansyah 05166 A A - - - - B - - 3
7 Bagus Hutajulu 05167 - A - - - - A - B 3
8 Charles Darmawan 05168 B - - - - A A - - 3
9 Daeng Dodi Dermawan 05169 A - - A - - B - - 3
10 Darius Manca 05170 B - A - - - B A - 4
11 Daulat Romy 05171 - C - - B A - - - 3
12 Goza Imas 05172 A - - - - - A - - 2
13 Han Ping Sun 05173 A B - - - A B - - 4
14 Jajang Jawara 05174 - - - A B - A - - 3
15 Jaman Tiarno 05175 B A - - - A B - - 4
16 Jayeng Jayakersa 05176 C - B - - - A - - 3
17 Kusnadi 05177 B B - - - - A - - 3
18 Laris Juwita 05178 - - - - B C - A - 3
19 Lintang Suminar 05179 A - - B - - A - - 3
20 Lolong Edi Cahaya 05180 B - A - - B - - 3
21 Lusiana 05181 B - - - B A B - - 4
22 Mahmud Kiram 05182 B - A - - - A - - 3
23 Marcus Domigus Ard 05183 C - - - - B B - - 3
24 Osa Malik 05184 B - B - - - A - - 3
25 Prajamuda Edi 05185 A A - - - B B - - 4
26 Pupung Is 05186 B - - B - - A - - 3
27 Rekso Wibowo 05187 A - - - - A B - - 3
28 Rustandi 05188 B - B - - - A - - 3
29 Simon Talaudi 05189 A B - - - A B - - 4
30 Susiati 05190 B - B - - - A - - 3
31 Sutarti 05191 C - A - - - B - - 3
32 Sutarto Audiro 05192 A A - - - B B - - 4
33 Tresno Jatidiri 05193 B - - - - - A - A 3
34 Usahadi Kayo 05194 B A - - - - A - - 3
35 Wayan Sutresna 05195 A B - - - - A - B 3
36 Yuli Esiani 05196 B A - - - A - - - 3